Tuesday, February 15, 2011

Perubahan Iklim Global, Tanggung Jawab Kita Bersama


Yuhuu, apa kabar teman-teman blogger? Lama saya enggak cerita-cerita ya… Maklum deh new mom, ada aja urusannya, hihihi! Btw, kadang stress deh sama kondisi alam sekarang ini. Sebentar hujan, sebentar panas. Aduuuh, cuaca sekarang udah enggak bisa diprediksi lagi! Saya masih ingat waktu sekolah kita belajar tentang pergantian musim. Dimana untuk Indonesia, musim hujan terjadi di penghujung tahun, sementara memasuki bulan Maret sudah berganti kemarau. Dan dulu, sesuai teori hal itu terbukti. Tapi sekarang? Big no! Katanya sih, perubahan pola hujan yang ekstrim telah terjadi, jadi sulit memisahkan musim hujan dan panas. Perubahan suhu yang ekstrim ini juga lah yang jadi pemicu timbulnya bencana di berbagai tempat (termasuk banjir di Jakarta oktober lalu yang menjadikan saya sebagai salah satu korbannya!)

Apa sih yang sesungguhnya terjadi dengan alam kita ini?
Katanya inilah yang dinamakan dengan “perubahan iklim global”, yaitu adanya perubahan iklim yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kegiatan manusia dalam mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama jangka waktu tertentu. Perubahan iklim saat ini dapat dirasakan dari suhu bumi yang mengalami peningkatan rata-rata 0,7 derajat celcius dari kondisi 100 tahun yang lalu. Bahkan disinyalir bahwa dalam kurun 15 tahun (1995-2010) merupakan tahun terpanas sejak 1850. Wow! Saya jadi ingat sama film-nya Al-Gore yang berjudul “An Inconvenient Truth”. Dalam film dokumenter itu digambarkan seekor katak yang lama-lama kolaps karena peningkatan suhu yang berlangsung secara terus–menerus.

Apa sih yang menyebabkan perubahan iklim global?

Perubahan iklim global disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Selain itu terdapat pula gas-gas antara lain NF3 (Nitrogen triflorida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons), dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Gas-gas dapat meneruskan radiasi gelombang pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer.

Normalnya sih, perubahan iklim akan terjadi dengan lambat. Namun adanya aktifitas manusia dan kemajuan teknologi industri mempercepat terjadinya perubahan iklim ini. Limbah dan asap dari transportasi dan industri berbahan bakar fosil merupakan penyebab utama peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, industri peternakan, kotoran hewan dan tumbuhan yang menumpuk mengambil bagian terjadinya peningkatan GRK. Kotoran hewan dan timbunan tanaman yang membusuk maupun sampah yang menghasilkan cairan lindi dapat menghasilkan gas metana yang berperan dalam terbentuknya GRK di atmosfer. Sektor pertanian juga dianggap sebagai penyebab perubahan iklim terutama dari sistem usaha tani yang menggunakan pupuk anorganik serta karena perubahan tataguna lahan dan kehutanan.

Lalu, apa saja akibat dari perubahan iklim global?
1. Mewabahnya beberapa penyakit, misalnya malaria dan demam berdarah. (Awalnya nyamuk malaria enggak bisa hidup di dataran tinggi, namun seiring perubahan iklim dan peningkatan suhu menyebabkan nyamuk malaria dapat berdistribusi dan menularkan penyakit di daerah tersebut).
2. Penurunan luas lahan dan produktivitas tanaman.
3. Perubahan tataguna dan fungsi hutan.
4. Berkurangnya kuantitas dan kualitas air.
5. Kawasan pesisir tenggelam dan berubah fungsi.
6. Kepunahan spesies dan kerusakan habitat.
7. Meningkatkan bencana alam yang meluas mulai dari banjir, tanah longsor, dan badai / puting beliung

Bisakah hal ini diatasi? Bagaimana caranya?

Untuk meminimalisir perubahan iklim global bisa melalui 2 cara yaitu mitigasi perubahan iklim dan adaptasi perubahan iklim. Keduanya merupakan strategi menghadapi perubahan alam.
Mitigasi merupakan pengurangan, sementara adaptasi merupakan penyesuaian diri. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi penyebab pemanasan global dari sumbernya, sehingga dapat menghambat laju pemanasan. Dan pada saat bersamaan, kita dapat melakukan persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bersepeda, mengurangi penggunaan plastik, hemat energi, dsb. Sedangkan adaptasi dapat dilakukan dengan penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, reuse, recycle, penggunaan energi terbarukan, dan sebagainya.
Hmm, terlihat ribet ya istilahnya? Eit, jangan keburu tutup mata dan membiarkan saja semua ini terjadi, atau menyerahkan sepenuhnya urusan ini sama pemerintah dan LSM, dong! Ada banyak cara lho dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim ini, diantaranya:
1. Menanam pohon. Tumbuhan hijau dapat menyerap karbondioksida di udara sehingga membuat lingkungan menjadi sejuk.
2. Makan dan mengolah makanan dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh kita.
3. Utamakan berjalan kaki / bersepeda jika akan bepergian jarak dekat.
4. Menghemat listrik untuk mengurangi emisi gas karbon.
5. Cintai produk lokal, karena selain relatif lebih murah juga menghemat energi, terutama jika kita menghitung energi dan biaya transportasinya.
6. Memakai lampu neon.
7. Membawa tas belanja sendiri, untuk mengurangi emisi industri.
8. Belanja kebutuhan sehari-hari dalam kemasan besar. Selain lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan.
9. Pakai kertas secara bolak-balik, untuk mengurangi penebangan pohon.
10. Pakai perabotan rumahtangga yang bisa dicuci.
11. Pastikan rumah kita memiliki sirkulasi udara yang baik, agar energy dan racun di sekitar kita cepat bersih.
12. Utamakan hemat energi saat membeli peralatan elektronik (sekarang produsen peralatan elektronik sudah banyak lho yang mejual produk hemat energi).
13. Mempelajari cara mengemudi yang baik. Ganti perseneling lebih awal bisa mengurangi konsumsi BBM hingga 15%. Jika mendekati kemacetan atau lampu lalu lintas, berhentilah perlahan bukan dengan rem mendadak. Hindarkan mengemudi dengan kasar. Pindahkan gigi saat mencapai 2500-3000 rpm. Dan mengemudilah di batasan 1500-3000 rpm. Beberapa survei mendapatkan hasil yang memuaskan dalam kehematan BBM dalam range tersebut.
14. Maksimalkan pencahayaan dari alam. Gunakan warna terang di tembok, gunakan genteng kaca di plafon, maksimalkan pencahayaan melalui jendela.
15. Hindari posisi stand by pada elektronik. Jika semua peralatan rumah tangga kita matikan (bukan dalam posisi stand by) maka kita akan mengurangi emisi CO2 yang luar biasa dari penghematan energi listrik. Gunakan colokan lampu yang ada tombol on-off-nya. Atau cabut kabel dari sumber listriknya.
16. Kurangi waktu dalam membuka lemari es. Untuk setiap menit kita membuka pintu lemari es, diperlukan 3 menit energi penuh untuk mengembalikan suhu kulkas ke suhu yang diinginkan.
17. Jika memasak, potong makanan dalam ukuran yang lebih kecil agar lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk mematangkannya.
18. Gunakan air dingin untuk mencuci dan cucilah dalam jumlah banyak. Ini akan menghemat air, mengurangi pemakaian listrik dan juga mengurangi pencemaran akibat deterjen.
19. Gunakan ulang perabotan rumahtangga. Atau bisa juga dimodifikasi sesuai keinginan.
20. Jika menggunakan deodoran atau produk-produk semprot lainnya, jangan menggunakan aerosol. Pilihan spray dengan kemasan botol kaca akan lebih baik. Aerosol mengakibatkan pencemaran udara kita.
21. Bawalah bekal dari rumah ke kantor. Atau jika kita sering makan di luar kantor dengan bungkusan dan rutin, lebih membeli kotak makan atau tempat minum yang kuat dan bisa dipakai berulang kali. Hindari media bungkus plastik atau stereofoam (Berasal dari minyak bumi dan susah untuk diuraikan).
22. Gunakan e-banking. Memaksimalkan penggunaan e-banking akan menghemat banyak waktu dan biaya. Kita juga telah menghemat dan meyelamatkan banyak pohon dan konsumsi CO2 untuk proses pembuatan kertas. Di samping itu juga menghemat sangat banyak konsumsi BBM yang dibutuhkan untuk pergi ke bank atau ke ATM.
23. Gunakanlah popok yang dapat dicuci dan bukan popok sekali pakai, untuk mengurangi timbunan sampah.
24. Mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk, untuk mengurangi pembentukan gas metana.
Masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim. Di samping caranya yang relatif mudah, selain untuk menyelamatkan bumi, beberapa tips praktis tersebut juga bisa menghemat biaya konsumsi kita sehari-hari, lho! Untuk saya – sang ibu rumah tangga sejati – hal yang ‘berbau’ penghematan adalah sesuatu yang sangat menyenangkan!
Enggak mau kan nasib kita berakhir seperti sang katak yang ada di film “An Inconvenient Truth”? Jadi, ayo dong berperan aktif untuk menyelamatkan bumi mulai dari hal-hal kecil, mulai dari diri kita sendiri, dan mulai dari sekarang juga demi anak cucu kita.

Tulisan cerdas ini bisa terwujud berkat referensi dari:
http://www.blogger.com/www.bisnis.com
http://www.perwaku.org/
http://www.blogger.com/www.ofm-jpic.org
http://www.blogger.com/www.goblue.or.id
http://www.pemanasanglobal.net/
http://www.biologyuniversityofeducation.blogspot.com/

No comments: