Wednesday, March 30, 2011

CCTV, Sang Detektif Handal

“Ayah, itu apaan sih?” Tanya Vidi saat ikut ayah memasuki ATM.
Ayah menoleh ke arah yang ditunjuk Vidi. Sambil tersenyum beliau menjawab, “Oh itu namanya kamera CCTV.”
“Kamera? Bisa untuk foto, dong?” ujar Vidi lagi. Kali ini sambil bergaya, matanya menatap benda hitam bulat yang tersimpan di pojok atas ruang ATM.
Ayah tertawa, “Itu tidak sama dengan kamera yang biasa kita pakai untuk foto, sayang.”
“Apa bedanya?” tanya Vidi keheranan. Mata bulatnya membelalak. Ayah yang baru saja mengambil sejumlah uang dan struk ATM menggandeng tangan Vidi.
“Yuk, nanti ayah jelaskan.”
Vidi mengangguk dengan antusias. Ia penasaran sekali dengan benda berlampu merah tersebut.
Baru saja ayah menutup pintu mobil, Vidi sudah bertanya lagi, “Kamera CCTV itu apa sih, ayah?”
Sambil menyalakan mesin mobil ayah menjawab, “Itu kamera yang dipasang untuk mengintai keadaan di suatu tempat.”
“Mengintai itu apa?” Tanya Vidi lagi.
“Hmm.. Vidi suka nonton film detektif Conan, kan?”
“Suka!” jawab Vidi tegas.
“Apa pekerjaan detektif?”
“Mencari penjahat, yah!”
“Betul! Nah kamera CCTV juga fungsinya hampir sama dengan detektif. Kamera tersebut bias digunakan untuk mengintai atau memata-matai keadaan di sekitarnya. Jadi kalau ada orang yang lewat di tempat yang dipasangi kamera CCTV, pasti akan terlihat dan langsung terekam.” Ayah menjelaskan panjang lebar.
“Direkam? Kayak film dong! Bisa ditonton di televisi enggak?” Vidi menatap ayah yang sedang mengemudi.
“Rekamannya bisa dipindahkan ke komputer. Nah kita bisa melihatnya di komputer.”
Vidi mengangguk-angguk pelan, “Terus, gunanya buat apa, ayah?”
“Biasanya untuk keamanan. Seperti tadi kita melihatnya di dalam ruang ATM. Jadi kalau suatu waktu ada penjahat yang hendak mencuri uang di mesin ATM atau merampok orang yang sedang mengambil uang di situ, wajahnya akan secara otomatis terlihat d kamera.”
“Jadi bisa langsung dilacak sama pak polisi dong?”
“Betul sekali! Anak pintar!” Ayah mengelus kepala Vidi.
Saking serunya obrolan mengenai kamera CCTV, tak terasa Vidi dan ayah sudah tiba di rumah. Tampak Bik Inah membukakan pagar. Mobil ayah pun memasuki garasi.
Setelah makan malam, Vidi beserta ayah dan ibunya berkumpul di ruang keluarga.
“Bu, tadi aku lihat kamera CCTV. Keren deh!” lapor Vidi pada ibunya,
“Oya? Seperti apa?” Tanya ibu sambil meletakkan majalah yang sedang dibacanya.
“Warnanya hitam, bentuknya bulat, terus ada lampu kecilnya warna merah. Kata ayah, kamera itu bisa dipakai untuk memata-matai orang jahat. Seperti detektif! Hebat ya, bu?” Vidi bercerita dengan antusias.
“Wow, hebat sekali!”
“Hmm, coba kita punya kamera seperti itu ya, yah?”
“Untuk apa? Kita kan enggak punya toko. Lagipula harga kamera CCTV kan mahal, Vid.” Ujar ayah. Vidi merengut kecewa.
Sore harinya saat Vidi sedang bermain di rumah Niko-temannya, papa Niko memasuki rumah dengan wajah kesal.
“Hari ini satu kaleng cat hilang, Ma.” Ucapnya pada mama Niko.
“Aduh kalau begini terus setiap hari, toko kita bisa bangkruut, Pa.” jawab mama niko.
“Tapi gimana ya, mau lapor polisi kok rasanya malu. Biasanya kan orang yang lapor itu kehilangan uang atau perhiasan. Masak cuma hilang cat saja pakai lapor segala?”
“Psst Niko, papa kamu kehilangan cat di mana?” Tanya Vidi pelan.
“Di toko. Papaku kan punya toko bahan bangunan. Sudah tiga hari ini ada saja yang hilang. Kemarin hilang satu karung semen, kemarinnya lagi satu kotak ubin.”
“Memang tokonya enggak ada yang jaga?” Tanya Vidi heran.
“Ada. Tapi pencurinya sepertinya beraksi pada malam hari setelah toko tutup.”
“Ah, aku punya ide. Gimana kalau toko papa kamu kita pasangi kamera CCTV saja?” usul Vidi pelan.
“CCTV? Apaan tuh?”
“Itu lho, kamera mata-mata yang biasa ada di ATM atau supermarket. Jadi kalau ada maling, bisa kelihatan.” Jelas Vidi.
“Wah ide bagus! Ayo kita bilang pada papa!”
Mereka lalu menghampiri mama dan papa Niko. Vidi dengan semangat menceritakan idenya kepada kedua orangtua Niko.
“Ah betul jugai de kamu, Vid. Kenapa om enggak terpikir kesitu ya?” sambut papa Niko antusias. Vidi senang sekali karena papa Niko menyetujui usulnya.
Tidak hanya menyetujui usul Vidi, sore itu juga papa Niko langsung ke pusat penjualan barang elektronik untuk membeli kamera CCTV dengan mengajak Vidi dan Niko. Tentu saja setelah Vidi meminta izin dulu pada ayah.
Hari mulai larut saat papa Niko sudah mendapatkan kamera CCTV-nya. Beliau lalu mengantar Vidi pulang.
“Terimakasih atas usulnya ya, Vid. Malam ini juga kameranya akan om pasang di toko.” Ucap papa Niko.
“Nanti kalau malingnya sudah ketahuan, kasih tau Vidi ya Om.” Pinta Vidi. Papa Niko mengangguk setuju.
Malamnya Vidi tak dapat tidur. Ia sibuk menerka siapa pencuri semen, cat dan ubin di toko milik papa Niko. Ia juga tak sabar ingin melihat rekaman video yang tertangkap oleh kamera CCTV tersebut.
“Ya Allah, semoga kamera CCTV nya berhasil merekam pencurinya. Amin!” doa Vidi sebelum akhirnya ia tertidur lelap di balik selimutnya,
Esok harinya Vidi bangun lebih pagi. Padahal biasanya di hari minggu Vidi suka malas-malasan. Untuk bangun saja ia mengandalkan ibu. Tapi hari ini lain. Pagi-pagi sekali idi sudah mandi dan menyiapkan sepedanya di halaman. Ayah dan ibu saja sampai keheranan melihat tingkah Vidi. Maklum, Vidi punya misi penting: melacak pencuri bahan bangunan di toko milik papa Niko. Setelah sarapan, langsung saja Vidi mengayuh sepedanya ke rumah Niko.
“Hai Vid!” Niko menyambut Vidi di teras.
“Apakah malingnya datang lagi?” Tanya Vidi sambil melepas sendalnya.
“Iya. Kali ini sekotak ubin hilang lagi.”
“Sudah ketahuan orangnya?”
“Tuh papa lagi memasang kamera CCTV-nya ke laptop. Yuk kita lihat sama-sama.”
Setelah mengucap salam, Vidi memasuki rumah Niko. Beberapa peralatan tampak terpasang ke laptop milik papa niko. Vidi memperhatikan dengan serius. Tak lama kemudian hasil rekaman kamera CCTV pun muncul di layar monitor. Warnanya hitam putih, namun cukup jelas.
Hampir satu jam tak ada apa-apa dalam rekaman tersebut. Namun tiba-tiba terdengar suara kunci dibuka.
“Pa, itu malingnya!” jerit Niko.
“Pssst.” Papa Niko memperhatikan dengan seksama rekaman tersebut.
Tampak pintu toko terbuka perlahan dan lampu dinyalakan. Dan ternyata…
“Itu kan Budi!” ujar Papa Niko.
“Om kenal?” Tanya Vidi.
“Om Budi itu karyawan papa di toko.” Jelas Niko pelan.
Lalu lelaki yang diketahui bernama om budi itu pelan-pelan menuju rak tempat penyimpanan barang. Setelah diam sesaat, memperhatikan sekelilingnya, ia pun mengambil satu kotak ubin, memasukkannya ke dalam tas. Sebentar kemudian ia mematikan kembali lampu toko dan terdengar suara pintu dikunci.
“Pencurinya ternyata Om Budi, Pa.” ujar Niko.
Papa Niko diam sesaat, “Rupanya diam-diam dia menduplikat kunci toko. Oh, papa betul-betul enggak nyangka. Padahal om budi itu orangnya baik sekali.”
“Jadi gimana, papa mau pecat om Budi?”
“Ah biar papa Tanya dulu baik-baik. Mudah-mudahan saja ia mengaku dan bersedia mengembalikan barang-barang yang sudah diambilnya.” Putus papa Niko.
“Dan untuk Vidi, sekali lagi om berterimakasih atas usul kamu, ya. Kamu memang cerdik!” puji papa Niko.
Vidi tersenyum. Ini semua gara-gara ia jeli memperhatikan lingkungan sekitarnya. Coba saja jika sewaktu di ATM ia tidak mempedulikan alat bernama kamera CCTV dan menanyakannya pada papa, pasti sampai sekarang ia tidak akan tahu fungsinya. Dan papa Niko akan mengalami kerugian besar karena tokonya terus-menerus kemalingan.
Maka mulai sekarang, yuk lebih jeli untuk mempehatikan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Jika ada yang tidak dimengerti, jangan ragu untuk menanyakannya pada orang lain ya

No comments: