Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Seluler
Dua dekade yang lalu, mungkin tak pernah terbayangkan oleh kita—masyarakat Indonesia khususnya, bagaimana caranya berhubungan secara langsung dengan rekan atau kerabat di luar negeri sambil menatap wajahnya. Pun barangkali sulit tergambar bagaimana caranya mengumpulkan banyak informasi atau ilmu pengetahuan dengan cepat. Sebab pada saat itu metode pengumpulan informasi biasanya dilakukan dengan mengumpulkan berbagai buku dan surat kabar/majalah kemudian meng-klippingnya. Sungguh merepotkan! Namun kini kemajuan teknologi, terutama di bidang telekomunikasi seluler memungkinkan kita melakukan dua hal tersebut hanya dengan sekali tekan tombol—klik! Dan berbagai informasi pun tersaji di hadapan kita. Perjumpaan dengan rekan atau kerabat yang terpisah jarak dan waktu pun bisa terjadi dalam sekejap.
Dalam satu dekade terakhir, dunia telekomunikasi seluler memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan besar terjadi di sektor ini. Jika di era 90-an masyarakat masih banyak yang menggunakan telepon kabel untuk berkomunikasi jarak jauh, maka memasuki abad ke-21, ponsel (telepon seluler) sudah banyak digunakan oleh beberapa kalangan mulai dari pengusaha, karyawan, selebriti, mahasiswa sampai ibu rumah tangga. Kepraktisan tentu saja menjadi pertimbangan utama bagi mereka yang kala itu lebih memilih menggunakan ponsel daripada telepon rumah.
Meskipun sudah cukup banyak orang yang memiliki ponsel serta mengakui kepraktisannya, namun pada saat itu penggunaan ponsel sebagai alat telekomunikasi nirkabel masih belum maksimal. Ponsel hanya dipakai pada saat-saat tertentu atau jika sedang berada di luar rumah saja. Masih banyak pula orang yang membatasi penggunaan ponselnya hanya untuk mengirim pesan dan menerima panggilan. Sementara untuk menelepon, penggunaan telepon kabel masih mendominasi. Penyebabnya tak lain karena tarif operator seluler yang masih relatif mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Belum lagi biaya roaming—yang membuat orang jadi segan untuk mengaktifkan ponsel mereka saat sedang berada di luar kota (di luar batas regional operator). Dengan penggunaan yang masih ‘setengah hati’ seperti itu, tentunya membuat teknologi telekomunikasi seluler belum banyak membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Padahal inovasi akan sebuah teknologi baru seharusnya mampu mendongkrak taraf hidup masyarakat luas.
Peran Telekomunikasi Seluler Pada 3 Aspek Dasar: Ekonomi, Sosial dan Budaya
Menurut pemerhati masalah sosial Rio F. Girsang—pada dasarnya ada 3 aspek yang harus dipenuhi dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Aspek Ekonomi
Tinggi rendahnya taraf hidup masyarakat bisa dilihat dari tingkat ekonominya. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat, maka semakin tinggi pula taraf hidupnya. Selanjutnya taraf hidup yang tinggi akan membuat kehidupan lebih berkualitas, karena terpenuhinya kebutuhan hidup.
2. Aspek Sosial
Seberapa jauh manusia dapat melakukan perannya dalam lingkungan sosial—dalam artian berinteraksi dengan sesama, dapat menjadi indikasi terpenting mengenai kuliatas kehidupan jika ditinjau dari aspek sosial.
3. Aspek Budaya
Taraf hidup masyarakat bisa dilihat dari seberapa modern kebudayaannya.
Lalu sejauh apa peranan teknologi telekomunikasi seluler dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat jika ditinjau dari ketiga faktor tersebut?
Pertama, faktor ekonomi.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi bisa memangkas biaya besar dan juga menghemat waktu. Jika dibandingkan dengan dua puluh tahun lalu, seorang pengusaha pada masa sekarang ini bisa lebih menghemat biaya transportasi dan akomodasi dalam menjalankan usahanya. Misalnya saja saat mereka akan berhubungan dengan rekan bisnisnya yang ada di luar kota/luar negeri. Cukup via telepon atau internet (dengan beragam fitur seperti 3G, teleconference dll), sebuah kesepakatan bisnis sudah bisa dicapai. Tak hanya ongkos, penggunaan waktu pun bisa sangat efisien.
Berkat kemajuan di bidang telekomunikasi pula, kemudahan menjalankan usaha kini bisa dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Salah satu penyebabnya karena tidak lagi dibutuhkan modal yang besar untuk menjadi pengusaha. Para pelaku usaha dengan modal terbatas kini dapat menawarkan produk kepada calon konsumen hanya dengan fasilitas telepon/sms dan bisnis online (melalui jejaring sosial, chatting atau blog). Inilah yang pada akhirnya akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, meningkatkan pendapatan individu dan kemudian otomatis akan disusul dengan pendapatan daerah.
Kedua, faktor sosial.
Setiap individu tentunya butuh berkomunikasi satu sama lain. Jika pada masa lalu kegiatan berkomunikasi membutuhkan pertemuan secara fisik, di zaman modern yang menuntut mobilitas tinggi seperti sekarang, pertemuan secara fisik seringkali malah kurang efektif. Inilah yang membuat teknologi telekomunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Dengan telekomunikasi, setiap orang akan bisa saling berinteraksi menggunakan telepon, sms dan internet (melalui messenger atau social network). Komunikasi langsung jarak jauh seperti ini tidak hanya menghemat biaya namun juga waktu. Setiap individu bisa tetap menjalankan aktifitasnya tanpa harus kehilangan kontak dengan rekan maupun kerabatnya—kapan dan di mana pun. Apalagi di Indonesia, sebagaimana kita tahu bahwa masyarakatnya sebagian besar masih memiliki sistem kekerabatan yang luas dan tradisi silaturahmi yang tinggi.
Ketiga, faktor budaya.
Di zaman modern ini kita dituntut untuk terampil memanfaatkan teknologi karena akan banyak sekali manfaatnya. Sebagai contoh kecil saja, seorang individu yang terampil menggunakan internet akan memiliki wawasan yang luas dan memungkinkan dirinya berinovasi—menghasilkan karya yang berguna untuk diri dan lingkugan sekitarnya. Sementara dalam ruang lingkup yang lebih luas, kemampuan memanfaatkan teknologi akan merangsang intelektual dan logika berpikir masyarakat. Masyarakat menjadi lebih cerdas dan rasional. Kedua karakter tersebut bisa menjadi modal untuk tumbuhnya kreativitas di berbagai bidang. Masyarakat pun menjadi lebih mandiri. Pada akhirnya—dengan difasilitasi oleh kemajuan teknologi telekomunikasi, semua itu akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Bisa kita lihat betapa besar peranan teknologi telekomunikasi dalam ketiga faktor dasar tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama, aspek efektifitas dan efisien selalu menjadi pertimbangan utama. Itulah kelebihan teknologi telekomunikasi, khususnya telekomunikasi seluler. Teknologi modern ini memungkinkan kita untuk bisa mengakses berbagai informasi dengan cepat—kapan dan di mana pun. Gambaran mengenai berbagai tren mulai dari bidang ekonomi sampai hiburan bisa tersaji seketika di hadapan kita. Melalui telekomunikasi pula, hubungan antar individu bisa terjalin dengan lebih mudah. Budaya kekeluargaan dalam masyarakat Indonesia pun bisa terfasilitasi oleh teknologi komunikasi, tanpa perlu bolak-balik melakukan kunjungan yang memakan biaya tinggi setiap saat.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka sebagian besar masyarakat tentu setuju jika teknologi telekomunikasi seluler bisa menyediakan layanan yang baik namun dengan tarif murah. Dari sekian banyak operator di negeri ini, masyarakat akan semakin selektif untuk memilih operator mana yang mampu menjawab kebutuhan dalam berkomunikasi jarak jauh dengan biaya yang terjangkau oleh kantong.
Memikat Hati Konsumen Dengan Tarif Murah
Fakta yang saya gambarkan di atas, membuat para operator telekomunikasi seluler pun berlomba-lomba menyediakan pelayanan yang baik, salah satunya dengan memperbanyak mendirikan BTS (Base Transmission Station) hingga ke pelosok, guna menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Tak hanya pembangunan BTS, perusahaan-perusahaan operator seluler pun memperkenalkan produk-produk unggulan dan melengkapi fasilitas layanan telekomunikasi selulernya dengan teknologi yang selalu diperbaharui, mulai dari layanan SMS, MMS, browsing internet hingga 4G. Untuk memanjakan konsumen, berbagai layanan serta fitur itu pun dibanderol dengan tarif yang murah.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi seluler yang handal dan murah, pada akhir 2007 salah satu operator telekomunikasi di Indonesia—PT. XL Axiata (d.h Excelcomindo) menjadi pelopor dengan memasang tarif super murah untuk biaya telepon yaitu sebesar Rp. 1/detik. Sejak saat itulah operator lain melakukan penurunan tarif telepon secara besar-besaran. Hal ini tentu saja juga mengubah status Indonesia dari salah satu negara penyedia tarif telekomunikasi termahal menjadi salah satu negara penyedia tarif telekomunikasi termurah. Menurut survey tahun 2008 lalu (Source: Company Data, Morgan Stanley Research) tarif XL menjadi yang termurah ke 2 di Asia.
Tarif murah dalam teknologi telekomunikasi seluler akan mempercepat kemajuan di berbagai bidang, contoh yang terbilang krusial adalah di bidang pendidikan. Koneksi internet yang dapat diakses dengan tarif terjangkau melalui ponsel dapat memperluas wawasan para pelajar/mahasiswa dan mempermudah proses belaar-mengajar. Contoh kongkritnya adalah jika dulu para mahasiswa sulit untuk mendapatkan bahan dalam penyusunan skripsi—karena harus bolak-balik ke perpustakaan dan membaca banyak sumber. Kini masalah tersebut dapat diminimalisir. Hal ini disebabkan berbagai informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dapat dengan cepat dan mudah diakses oleh masyarakat, terutama mahasiswa dan pelajar.
Tidak hanya di bidang pendidikan, teknologi telekomunikasi seluler pun sangat membantu berkembangnya sektor usaha kecil-menengah, utamanya industri rumahan. Betapa tidak, jika dulu para wirausaha harus membesarkan dulu usahanya baru bisa dikenal oleh masyarakat luas karena diliput oleh media—baik cetak maupun elektronik. Sekarang tren mulai bergeser. Usaha yang baru dirintis pun sudah bisa tampil di media—terutama media online. Selain melalui SMS yang ditujukan kepada rekan dan kerabat yang sudah dikenal baik, para memilik usaha bisa mempromosikan sendiri produk mereka melalui blog atau situs jejaring sosial, atau bahkan membuat website sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan leluasa tentu berkat fasilitas internet murah yang disediakan oleh operator telekomunikasi seluler. Memang pada akhirnya penilaian ada di tangan masyarakat, apakah produk tersebut disukai atau tidak. Namun setidaknya peluang untuk dapat tumbuh dan dikenal oleh pasar saja sudah bisa membantu bergulirnya roda perekonomian bangsa ini dengan diserapnya lebih banyak tenaga kerja, yang berarti mengurangi angka pengangguran.
Pendapat Masyarakat Atas Tarif Murah XL
Berikut ini rangkuman pendapat masyarakat yang sudah merasakan langsung dampak tarif murah XL:
Amanda (dokter gigi di Sukabumi—menggunakan XL sudah 7 tahun). Dengan tarif murah yang ditawarkan oleh XL, dirinya jadi lebih leluasa untuk menghubungi pasiennya baik melalui telepon ataupun sms—sekedar untuk mengingatkan jadwal berobat yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Dra. Ida Farida (Kasie Parsomas di DepSos Garut—menggunakan XL sudah 15 tahun). Tarif XL yang relatif lebih murah dibanding dengan operator lain memungkinkannya untuk memakai pulsa secara maksimal baik untuk keperluan kerja atau sekedar berhubungan dengan keluarga, jadi bisa menghemat anggaran sehari-hari.
Anita (Mahasiswi di Serang—pengguna XL sudah 3 tahun). Tarif murah yang ditawarkan XL membuatnya tetap lancar berhubungan dengan keluarga di luar pulau tanpa takut pulsa cepat habis. Menurutnya—bagi seorang anak kost, ini sangat membantu dalam mengatur uang saku.
Tak hanya Amanda, Ida Farida dan Anita. Masih ada jutaan pelanggan lain—dari berbagai latar belakang, yang terbantu oleh tarif murah XL. Karena tarif yang murah serta kualitas yang baik akan memacu produktifitas dan semangat dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari. Kedua faktor tersebut sangatlah dibutuhkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup masyarakat.
XL Untuk Saya
Saya adalah pengguna XL sejak sekitar tahun 2002-2003 saat masih kuliah. Saat itu baru saja XL mengeluarkan produk XL Bening, dengan simcard berwarna transparan yang memikat, dengan kemasan kaca berbentuk lingkaran berwarna kuning dan transparan. Harganya kalau tak salah sekitar Rp. 100.000. Jujur saja, waktu itu bentuk fisik transparan itulah yang menarik minat saya. Terkesan elegan dan eye catchy. Tapi, apa sih arti kemasan kalau tak didukung dengan kualitas di dalamnya?
Sehari-dua hari, sebulan-dua bulan sampai akhirnya hitungan tahun saya terus memakai XL dengan nomor yang sama. Dari yang awalnya cuma pakai untuk telepon dan SMS, kini saya juga memakainya untuk mengakses internet. Mahal? Ah enggak juga. Biayanya masih terjangkau. XL kini bahkan memberikan berbagai bonus untuk pemakaiannya. Saya paling suka kalau dapat 'pesan cinta' dari XL mengenai 'Bonus Pemakaian Internet Sepuasnya', padahal baru pakai sebentar saja. Bonus telepon dan SMS gratisnya juga nggak pake ribet, nggak pake banyak tanda ** (baca: Syarat dan Ketentuan). Semua bonus itu bisa langsung saya nikmati setelah saya pakai pulsa sedikit aja.
Makanya saya sekarang jadi lebih produktif. Profesi sebagai ibu rumahtangga sekaligus penulis, bisa saya jalankan secara bersamaan. Mau kirim tulisan ke penerbit/media, tinggal connect ke XL. Mau cek rekening atau transfer via internet banking, tinggal connect XL lagi. Mau browsing masalah tumbuh kembang anak atau cari resep masakan? Connect XL aja. Ngeblog juga, klik aja XL. Sementara urusan silaturahim dengan rekan dan kerabat juga, nggak masalah. Nelpon/SMS aja pakai XL. Gak usah terlalu sering cek sisa pulsa. Pengurangan jumlahnya nggak bikin pingsan, kok! Gara-gara santai pakai XL inilah, beberapa teman dan saudara saya jadi 'ketularan' pakai XL juga.
Peran Tarif Telekomunikasi Murah Dalam Membantu Program Pemerintah Menyejahterakan Masyarakat
Tak hanya secara individual, dalam skala yang lebih besar—luasnya jangkauan sinyal operator hingga ke pelosok nusantara serta murahnya tarif telekomunikasi seluler, dapat pula mempermudah kinerja pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial. Pemerintah pusat dan daerah kini bisa memanfaatkan teknologi telekomunikasi seluler untuk menjalankan berbagai program kerja guna kemajuan bangsa. Misalnya saja teknologi 3G dapat diterapkan untuk memantau keadaan di daerah terpencil. SMS, email dan messenger bisa dimanfaatkan untuk pengiriman data secara lebih cepat, sehingga bisa mendapat feedback lebih cepat pula. Selanjutnya teknologi teleconference untuk mengadakan rapat kerja tanpa harus bertatap muka, serta streaming siaran televisi/radio guna memberikan info dan penyuluhan dari pusat ke daerah.
Tentu saja itu hanya contoh kecil. Pelaksanaannya pastilah tak sesederhana itu. Masih banyak pula fasilitas lain dari teknologi telekomunikasi seluler yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun setidaknya teknologi telekomunikasi seluler telah membuka sebuah ‘pintu’ untuk membantu pelaksanaan program kerja pemerintah. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah (pusat dan daerah) dengan perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi seluler, percepatan pembangunan bangsa dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Semoga seiring dengan terus berkembangnya teknologi telekomunikasi seluler dan konsistensi operator untuk memberikan tarif yang murah di sektor ini, taraf hidup masyarakat Indonesia pun bisa semakin meningkat.
Referensi
www.medantalk.com
www.medanbisnisdaily.com
www.bacabersama.blogspot.com
No comments:
Post a Comment