Monday, July 30, 2012

Sang Bunda Digital

Saat ini semua aspek kehidupan rasanya sulit untuk dipisahkan dengan dunia cyber, setidaknya hal ini saya rasakan dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang menekuni dunia kepenulisan, setiap hari saya memerlukan koneksi internet untuk banyak hal. Yang paling utama tentu saja untuk browsing berbagai bahan yang dibutuhkan dalam menulis. Mr. Google adalah asisten paling setia dalam hal ini. Jika buku-buku serta majalah/koran yang saya miliki tak lagi bisa membantu saat menulis, ia nyaris selalu bisa membantu saya mendapatkan informasi yang aktual. 
Tak hanya via search engine, saya juga seringkali menyambangi berbagai komunitas online untuk wawancara langsung dengan narasumber yang kompeten berkaitan dengan tema yang sedang saya garap. Jadwal menulis sudah sejak akhir 2011 saya disiplinkan setiap malam sebelum tidur atau sebelum azan subuh--saat dimana semua anggota keluarga masih terlelap. Menurut saya ini adalah waktu terbaik dimana saya bisa konsentrasi penuh terhadap tulisan tanpa terganggu oleh Gaza--putera saya yang baru berumur 2 tahun namun sudah mulai 'melek teknologi' tertular oleh ayah dan bundanya :) 
Internet bagi saya tak hanya berguna untuk browsing bahan-bahan tulisan tapi juga sebagai sahabat kala menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Sebagai seorang ibu yang selalu ingin menyuguhkan yang terbaik untuk keluarga, kerapkali saya mencari resep masakan di internet. Resep digital ini seringkali lebih praktis ketimbang buku resep. Soalnya gampang banget, saat saya mendadak pengin makan suatu menu, saya nggak perlu repot-repot menyambangi toko buku dan mengubek-ubek halaman-demi halaman guna mendapatkan resep yang dibutuhkan. Cara kreatif ala ibu saya dulu--mengguntingi resep masakan di majalah dan mengkliping-nya sampai beberapa bundel, rasanya tak perlu repot-repot saya ulang. Yang penting tujuannya kan sama, menyajikan yang terbaik untuk keluarga tercinta. 
Tidak berhenti sampai di situ. Saya juga menggunakan internet sebagai sarana untuk memperdalam ilmu agama. Mulai dari membaca taushiyah, hadist, mengupas ayat-ayat dalam Al Qur'an hingga sejarah rasul dan para sahabat kini bisa saya dapatkan secara online sekali klik! Jadi nggak ada lagi deh alasan untuk nggak update ilmu agama cuma karena tempat taushiyah jauh, macet, hujan dan sebagainya. 
Selesai ngubek-ngubek resep, memperdalam ilmu agama dan menulis sebagai sarana aktualisasi diri, saya juga tidak lupa dong menyediakan me time. Menurut saya, waktu untuk diri sendiri ini penting dimiliki oleh setiap orang. Tidak harus lama, yang penting bisa menenangkan diri sejenak dari berbagai rutinitas. Ada beberapa hal yang biasa saya lakukan untuk mengisi me time seperti membaca buku, ngeblog, dan mempercantik diri. Merupakan hal yang sulit bagi saya untuk bisa pergi ke salon secara rutin. Selain karena tak memiliki asisten untuk menjaga putera saya yang masih batita, saya juga kesulitan menemukan salon khusus muslimah di dekat rumah. Untuk masalah ini, alhamdulillah internet ternyata bisa membantu saya. Dengan resep-resep kecantikan tradisional yang bisa dipraktekkan sendiri, saya jadi tak kehilangan akal untuk bisa tetap tampil cantik dan fresh--meski hanya menggunakan bahan-bahan seadanya. 
Seorang wanita--apalagi yang sudah menikah dan memiliki buah hati seperti saya tentunya memiliki banyak tanggung jawab dan peran untuk dilakoni. Mulai dari melayani suami, anak, menjaga agar rumah tetap rapi dan menyenangkan untuk ditinggali dan menjamin makanan yang dikonsumsi agar tetap bergizi seimbang. Tak hanya itu, sebagai seorang ibu saya juga berkewajiban untuk menjadi madrasah pertama bagi buah hati. Mengiringi dia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif dan agamis merupakan cita-cita tertinggi saya. Sangat saya sadari bahwa kini saya hidup di era digital, dimana segala sesuatunya tak lagi sama dengan yang dialami ibu saya lebih dari dua dekade yang lalu. Contoh sederhananya saja, dulu ibu saya kerapkali mengunjungi kantor pos untuk mengirim surat pada nenek yang tinggal di kota lain. Sementara saya, tinggal ambil ponsel lalu sms atau telepon, komunikasi pun bisa terjalin! Tapi dulu kan lalu lintas belum semacet sekarang. Pergi pulang kantor pos bisa ditempuh hanya dalam setengah jam. Sedangkan sekarang? Waduh macet di mana-mana. Bisa berabe kalau setiap saya mau kirim naskah tulisan harus via pos! 
Ya, hidup memang selalu penuh dengan hal-hal baru yang menantang kita untuk tetap bisa mengoptimalkan segala fasilitas untuk menjadi lebih baik dalam aktifitas sehari-hari. Tinggal di era digital bagi saya sungguh menyenangkan, meski harus menemui dan mempelajari banyak hal baru setiap harinya yang kadang membuat bingung. It's ok, ini justru membuat otak saya tetap bekerja dan tidak stagnan. 
Bagi saya bisa menyeimbangkan keempat aspek penting antara kehidupan pribadi, cinta kasih terhadap keluarga dan sesama, spiritual dengan Sang Khalik dan pekerjaan adalah tantangan yang harus bisa diselaraskan. Tidak dijadikan prioritas mana yang lebih penting dan mana yang belakangan, namun lebih kepada diperhatikan urgensitasnya. Mudah? Tentu saja tidak. Saya masih harus belajar banyak :) 
 Tulisan ini diikutsertakan dalam Fastron Blogging Challenge.

No comments: