Sumber gambar dari sini |
"Siapa yang sakit, Neng?" tanya seorang ibu saat kami bertemu di sebuah apotek di Sukabumi. Kami sama-sama sedang mengantre obat saat itu.
"Saya, Bu. Udah nggak sakit, sih. Pemulihan aja."
"Hati-hati, Neng. Di apotek ini mah suka ditawarin obat generik. Kalau Neng mau cepat sembuh, jangan mau. Minta obat yang paten aja. Kalau obat generik sembuhnya lama. Yang ada Neng malah harus bolak-balik ke dokter lagi, nebus resep lagi. Kalau obat paten, rada mahal tapi joss! Langsung sembuh!" ucap sang ibu dengan yakin.
Percakapan itu terjadi di penghujung 2010, saat saya sedang kontrol kesehatan setelah seminggu sebelumnya diopname karena terkena demam berdarah. Saya tertegun mendengarnya. Ada apa dengan Obat Generik (OG)? Kenapa ibu ini begitu antipati terhadap obat generik dan lebih memilih obat paten untuk menyembuhkan penyakit? Ini bukan pertama kalinya saya mendengar ucapan orang yang antipati terhadap Obat Generik. Nenek saya pun pernah menyatakan ketidakpercayaannya pada Obat Generik. Menurut beliau, pakai Obat Generik itu sembuhnya lama.
Ah betulkah? Padahal setahu saya, Obat Generik itu memiliki khasiat yang sama dengan obat paten. Pembedanya hanyalah pada merk dagang. Obat Generik merupakan obat yang tidak memiliki merk dagang dan menggunakan zat aktifnya sebagai nama produk. Obat Generik diproduksi untuk mendukung program pemerintah agar tersedia cukup obat yang bermutu namun terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Lalu di mana 'letak kesalahan' Obat Generik sehingga memiliki image yang kurang positif di kalangan masyarakat.
Mengutip dari laman Wikipedia mengenai hal ini dikatakan bahwa Obat Generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti.
Obat Generik ini terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu
Sumber gambar dari sini |
1. Obat Generik Berlogo: Obat Generik jenis ini ditunjukkan oleh logo dan tidak memakai merk yang menunjukkan kandungan zat aktifnya.
2. Obat Generik Bermerk Dagang: Obat Generik jenis ini memakai merk yang menggunakan kandungan zat aktifnya. Misalnya saja obat yang mengandung zat aktif amoxicillin. Ada pabrik yang menamainya Inemicillin atau Gatoticillin dan lain-lain sesuai keinginan pabrik obat.
Lalu apa yang membedakan Obat Generik dan Obat Paten?
Obat Paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki hak paten yang lamanya tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No 14 tahun 2001 masa berlaku hak paten di Indonesia adalah 20 tahun. Jadi selama 20 tahun itu hanya satu perusahaan saja yang berhak memproduksi obat tersebut. Selepas itu, baru lah obat tersebut disebut sebagai obat generik. Jadi, tidak ada yang berbeda, bukan?
Jadi menurut saya sebetulnya ini hanya masalah persepsi saja. Obat Generik mungkin lebih banyak dipasarkan di sarana-sarana kesehatan masyarakat menengah ke bawah seperti Puskesmas. Ini mengakibatkan Obat Generik identik dengan masyarakat miskin. Harga yang ekonomis jauh di bawah harga obat paten, membuat Obat Generik diragukan kualitasnya. Padahal Obat Generik (baik yang berlogo maupun bermerk dagang) bisa lebih murah harganya jika dibandingkan dengan obat paten karena Obat Generik sudah tidak memiliki merk paten, sementara (sekali lagi), kandungan zat aktifnya sama dengan obat paten. Obat Generik juga memakai kemasan yang jauh lebih murah dari obat paten serta tidak memerlukan dana promosi yang besar seperti obat paten.
Seandainya ada sosialisasi yang lengkap pada masyarakat mengenai Obat Generik, tentu kesalahpahaman ini akan bisa diatasi dan masyarakat tidak lagi menomorduakan obat generik.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk lebih memasyarakatkan Obat Generik?
Menurut hemat saya, sosialisasi Obat Generik sebaiknya dilakukan ke semua kalangan, tidak hanya di sarana kesehatan menengah ke bawah seperti yang sudah ada selama ini, namun juga di rumah sakit besar di perkotaan.
Program edukasi ke sekolah-sekolah juga harus dilakukan. Misalnya saja dengan memasukkan Obat Generik pada pembina ekstrakurikuler Dokter Kecil atau Palang Merah Remaja di sekolah.
Sosialisasi Obat Generik juga sangat efektif dilakukan melalui media cetak, elektronik dan internet (terutama blog atau sosial media seperti Facebook dan Twitter).
Intinya persepsi keliru sebagian masyarakat kita mengenai Obat Generik sebaiknya diluruskan. Penjelasan lengkap dan jelas mengenai Obat Generik sebaiknya disampaikan, bukan hanya dari sisi harga yang murah saja seperti yang pernah ada dalam iklan layanan masyarakat beberapa tahun yang lalu. Jika memungkinkan, Pemerintah bisa memakai 'Duta Obat Generik' dari kalangan artis, atlet atau pejabat publik. Ini bisa sangat meningkatkan citra positif Obat Generik.
Yang terakhir, sebaiknya di setiap apotek atau rumah sakit ada anjuran berupa stiker atau banner penggunaan Obat Generik. Para nakes pun diwajibkan untuk menawarkan opsi pada pasien mengenai penggunaan Obat Generik tanpa 'tebang pilih', serta bersedia menjelaskan khasiat serta keunggulan Obat Generik secara objektif.
Sumber gambar dari sini |
Obat Generik, Berkualitas-Terpercaya-Ekonomis
Mungkin sebaiknya seperti itulah slogan iklan Obat Generik nanti, sehingga bisa lebih 'mengena' ke semua kalangan.
No comments:
Post a Comment