Monday, June 24, 2013

Music In My Life (Kekuatan Musik Dari Sekedar Hiburan Hingga Menjadi Pemersatu Dunia)

Untuk Pertama Kalinya
Shalaatullaah shalaamullaah alaathahaa Rasuulillaah
Shalaatullaah shalaamullaah alayasin habibillaah...

Barangkali lantunan shalawat itulah 'musik' pertama yang mampir ke telinga saya. Nenek saya hampir selalu menyenandungkannya jika sedang meninabobokan setiap bayi--termasuk saya. Kebiasaan itu menurun pada Ibu saya juga. Selain bersenandung, Ibu saya termasuk orang yang hafal banyak lagu anak-anak klasik. Beliau senang mengajarkannya pada saya, baik itu saat kami sedang bermain, jalan-jalan, atau menjelang saya tidur. Mungkin inilah yang membuat saya tumbuh menjadi anak yang suka menyanyi, meski saya tahu kalau suara saya enggak bagus, hehe. Salah satu lagu anak-anak favorit yang sering saya nyanyikan di TK--termasuk dinyanyikan on air saat sekolah kami diundang ke RRI adalah lagu Kupu-Kupu. Adakah yang tahu? Saya cuplik sedikit deh liriknya...

Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga yang kembang...

Gambar dari sini

Saya suka lagu itu karena saat menyanyikannya biasanya saya terbawa irama, sambil menggerakkan tangan menirukan kupu-kupu yang sedang terbang bebas dengan sayapnya yang cantik, membayangkan ia sedang meliuk-liuk atas hamparan bunga warna-warni. Rasanya asyik sekali!

Musik dan Poster-Poster Di Dinding
Life goes on. Zaman berubah, Lagu favorit saya juga ikut berubah. Menginjak remaja saya mulai menggemari lagu-lagu yang dinyanyikan band/boyband luar negeri. Mereka yang posternya sempat menghiasi kamar saya saat itu adalah Aqua, Hanson, Steps, Westlife serta Boyzone. Tentu tidak sekadar poster. Saya juga suka sama lagu-lagunya. Bagi Anda yang mengalami masa remaja di akhir era 90an pasti mengenal beberapa hits seperti I'm a Barbie Girl (Aqua), Mmmbop (Hanson), Tragedy (Steps), Coast To Coast (Westlife) serta Picture Of You (Boyzone). Selai musik yang dinyanyikan para musisi luar negeri, saya juga 'terbius' lho dengan lagu-lagu para musisi tanah air seperti Dewa 19, Kahitna, Potret, Chrisye, Jikustik, Slank dan Gigi. Apalagi lagu dalam bahasa sendiri kan enggak butuh kamus untuk mengartikannya, jadi lebih meresap masuk ke otak. Sebagai ABG, pertimbangan saya dalam menyukai musik tentu bukan lagi sekedar terbawa irama goyangannya seperti pada masa menyanyikan lagu 'Kupu-Kupu'. Saya suka lagu dengan lirik yang lucu, menyentuh dan sesekali lucu juga kalau bisa dipakai dance. Lumayan sebagai pengusir kantuk saat mengerjakan pe-er eksak :D

...Kucinta kamu bukan berarti ku tak mendua
Sayang kau nilai aku salah
(Salah - Potret) --> Salah satu lagu lokal yang saya suka saat itu

Belajar Tentang Musik Lebih Banyak Saat Menjadi Penyiar Radio
Saya yang tadinya hanya sekedar penikmat musik, mulai merubah sudut pandang di kelas 3 SMA. Waktu itu sekitar tahun 2000, saya berkesempatan menjadi seorang penyiar di sebuah radio kecil di kota Sukabumi. Pekerjaan tersebut tidak saya apply, tapi merupakan kesempatan yang diberikan pihak radio sebagai salah satu hadiah karena saya juara lomba siaran yang mereka adakan. Well, bukan juara ke-1 juga, sih tapi juara ke-3. Tapi karena sang juara ke-2 'menghilang', jadilah saya diajak untuk ikut serta, hehehe. Nah sejak jadi penyiar radio, mau nggak mau saya tak bisa lagi sekedar menjadi penikmat musik. Saya juga harus peka memperhatikan beat, lirik dan jenis musik. Soalnya ini penting dalam pemilihan lagu yang akan diputar saat siaran. Misalnya aja kalau siaran pagi-pagi, musiknya itu harus yang ceria, nadanya juga jangan yang syahdu. Pokoknya yang auranya bikin semangat deh! Kalau perlu, ini bisa bikin seorang pendengar yang baru bangun, tidak lagi menarik selimut dan terlelap. Sebaliknya dengan malam, pemilihan lagu lebih bertempo tenang dan easy listening.

Selain urusan teknis siaran dan pemilihan lagu, ada hal yang juga saya pelajari terkait musik. Saya jadi tahu bahwa musik itu bisa betul-betul meresap ke dalam pikiran seseorang. Ini terlihat dari Request Card yang masuk ke meja siaran. Tahu nggak Request Card? Itu lho, kartu seukuran kartu pos yang berisi kolom Judul lagu, Pengirim dan Penerima. Jadi kalau mau kirim-kirim lagu untuk teman, gebetan, pacar dan lainnya, bisa memanfaatkan kartu itu (kalau sekarang sepertinya udah nggak ada, karena lagu selain di-request via telpon atau sms, juga memanfaatkan social media). Saya selalu memperhatikan request card yang masuk. Permintaan lagu biasanya disesuaikan dengan isi hati si pengirim. Ada yang mau menyatakan cinta, ya kirim lagu cinta (kala itu yang paling banyak di-request seingat saya adalah Seribu Tahun-nya Jikustik). Ada juga yang patah hati baru ditolak atau diputusin pacar, lagunya lain lagi bernada patah hati atau berusaha bersemangat (kalau nggak salah yang hits saat itu Separuh Nafas-nya Dewa untuk tema ini). Yang lagi bosan sama pacar atau bahkan sudah mulai mendua, tentu punya lagu andalan masing-masing (khusus untuk perasaan hati ini, lagu hits kala itu adalah Sephia-nya Sheila On 7, it rocks!). Tidak sekedar mewakili isi hati, bahkan tak jarang saya juga menemukan pengirim lagu yang menyulut pertengkaran on air. Ini maksudnya isi request card berupa hinaan antar pribadi, kelompok atau sekolah. Kalau sudah seperti ini, biasanya enggak saya bacakan. Selain etiketnya memang seperti itu--demi menjaga nama baik penyiar dan radio, lagipula apa lucunya sih berantem via radio?

Kurang lebih mirip inilah penampakan Request Card . (gambar dari  sini)
Berdasarkan 'observasi' atas fenomena Request Card, satu hal penting yang saya pelajari adalah bahwa lagu memiliki 'roh'-nya masing-masing. Roh itu bisa demikian cepat 'bergentayangan' masuk ke alam bawah sadar seseorang. Mereka yang sedang sedih bisa merasa terwakilkan perasaannya jika mendengar lagu sedih atau sebaliknya tergugah bila mendengat lagu yang powerfull. Tidak usah untuk mereka yang memang sedang dalam kondisi emosi ekstrim. Bahkan seseorang yang sedang dalam kondisi emosi 'netral' pun bisa berubah menjadi syahdu saat mendengar lagu dengan lirik yang mellow, karena teringat akan pengalaman di masa lalu misalnya.

Hasil pembelajaran itu saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi lebih selektif mendengarkan lagu. Ya, seiring bertambahnya usia juga, sih. Kan nggak lucu kalau di usia 20-an saya mendadak nangis cuma karena dengar lagu patah hati. Saya mulai menyukai lagu-lagu yang mengobarkan semangat. Salah satu yang saya suka saat itu adalah Heal The World-nya Michael Jackson.

...Heal the world
Make it a better place
For you and for me 
and the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make it better place 
For you and for me

LangitMusik Sebagai 'Request Card' Masa Kini
Anda yang mengecap masa remaja di era 90an seperti saya pasti sudah tahu mengenai request card yang saya bahas sebelumnya. Namun jika Anda adalah remaja masa kini yang sudah tak lagi mengenal benda satu itu, nggak usah khawatir. Kunjungi saja www.langitmusik.com. Ini adalah portal musik besutan Telkomsel yang menyediakan Full Track lagu-lagu yang sedang hits dengan kualitas Dolby. Anda bisa mendownload lagu-lagu tersebut secara sepuasnya berdasarkan layanan yang dipilih, ada Basic (Rp.0/30 hari) dan Premium (Rp.10.000/30hari). Nggak perlu pakai request card lagi, Anda sudah bisa menentukan musik apa yang ingin didengarkan saat menjalani aktifitas sehari-hari. Asyik kan? Ada sekitar 800.000 lagu yang bisa didownload di situ, dan itu legal! Sebagai penikmat musik sejati tentu kita harus mencegah pembajakan hak cipta, bukan? LangitMusik bisa diakses dari ponsel dengan menggunakan fasilitasGPRS/EDGE/3G. Simpel banget! Gini nih cara asik menikmati musik :)

LangitMusik, Cara Asyik (dan Cerdas) Menikmati Musik

Musik sebagai 'Soundtrack Of LIfe'
Selain musik, saya juga hobi nonton film--terutama film animasi. Hobi yang satu ini tentu tidak lepas dari musik. Setiap film memiliki soundtrack, bukan? Ada beberapa soundtrack favorit yang sepertinya selalu saya ingat meski film-nya sudah lama yaitu soundtrack film Lion King (Can't Stop Loving You), film Tarzan (You'll Be In My Heart) dan film Shrek (Accidentally In Love). Lagu-lagu itu easy listening tapi memiliki makna yang mendalam.
Pasca 'Janji Suci' pada 20-07-2008
Musik--direncanakan atau tidak, sepertinya selalu mengiringi banyak cerita dalam perjalanan hidup saya. Sampai menjelang saya mengakhiri masa lajang pun, calon suami saya kala itu memberi saya kejutan lagu 'Janji Suci'-nya Yovie Nuno. Bagi orang lain mungkin ini hal biasa, tapi untuk saya ini big surprise! Bagaimana tidak, calon suami saya sama sekali bukan tipe pria romantis yang suka memberikan 'kejutan manis'. Sejak ia melamar sampai kami menikah, ia tetap memasang nada sambung itu pada ponselnya, hingga membuat semua yang meneleponnya sadar kalau dia betul-betul lagi jatuh cinta.

Momen-momen indah, sedih, seru, haru dan lainnya pun melintas satu persatu dalam timeline hidup saya. Dimana sang musik kehidupan senantiasa mengiringi. Eh tapi, tentu saja saya sekarang sudah lebih selektif dalam mendengarkan dan menyenandungkan musik. Berdasarkan observasi kecil-kecilan selama jadi penyiar radio tadi, saya kan sudah belajar tuh bahwa musik bisa banget menjadi 'soundtrack' yang mewakili perasaan-perasaan setiap insan--termasuk saya. Dari situ saya sadar bahwa ini dapat menjadi sebuah terapi yang bisa dikendalikan. Saya bisa menentukan musik apa yang ingin saya dengar saat mengalami suatu, ehm...sebutlah perasaan ekstrim, baik itu ekstrim gembira ataupun ekstrim sedih. Paling tidaknya ada yang bisa mengendalikan saya dari sebuah euphoria berlebihan.

a. Menulis Makalah: Musik Untuk Intelegensi
Mungkin kurang lebih sama dengan makalah yang pernah saya tulis sewaktu kuliah dulu mengenai "Efek Mozart Bagi Kecerdasan Spasial", dimana dijelaskan adanya soneta tertentu dari W.A Mozart yang bisa membangkitkan aktivasi neuron di satu bagian otak manusia yang bisa meningkatkan kecerdasan spasial. Ini berguna untuk meningkatkan salah satunya kemampuan dalam pelajaran matematika. Nah lihat kan bahwa efek musik bisa banget memacu pendengarnya untuk menjadi lebih baik!

b. Musik Sebagai Pemersatu
Lebih dari soal peningkatan intelegensi, musik juga bisa banget jadi pemersatu. Ini tak diragukan lagi, dalam skala nasional saja, setiap negara tentu memiliki lagu kebangsaan. Dimana jika lagu ini diperdengarkan--terutama saat momen-momen bersejarah, akan mampu membangkitkan jiwa nasionalisme setiap warga negara. Dalam lingkup yang lebih luas, beberapa kali kita jumpai adanya lagu yang bahkan bisa mempersatukan berbagai bangsa dan agama. Salah satunya yang membekas di ingatan saya adalah lagu We Will Not Go Down (Song For Gaza) milik Michael Heart. Di penghujung 2008 saat lagu ini muncul, rasa-rasanya tak ada lagi perbedaan suku bangsa dan agama. Mata dunia diajak sama-sama menyaksikan dan menangis atas penderitaan rakyat Palestina. Semua tergerak membantu, tanpa peduli lagi masalah politik, agama dan lainnya yang biasanya menjadi penghalang.

Gambar dari sini
We will not go down
In the night without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schoools
But our spirit will never down
We will not go down
In Gaza tonight

Let The Music Take Control
Fakta-fakta di atas membuat saya berusaha menemukan musik-musik yang berguna membuat pikiran saya tetap bersemangat, produktif dan terhindar dari rasa malas atau bahkan frustrasi. Kalau ada musik yang malah bikin down, ya tinggalkan saja. Bukankah musik mestinya membuat pendengarnya terinspirasi untuk berbuat sesuatu yang lebih baik? Seperti yang dinyanyikan oleh kelompok Bravo All Stars berikut ini:

...Let the music heal your soul
Let the music take control
Let the music give you
The power to move any mountain...
(Let The Music Heal Your Soul - Bravo All Stars)

Ya, biarkan musik (yang bernergi positif) mengambil kendali atas hidup kita. Membawa kita terlena ke dalam aura positif yang ditimbulkannya. Untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik :)


No comments: