Ramadhan tlah tiba...Hore! Hore! Hore!
Sebagai umat muslim, saya tentu senang bisa dipertemukan lagi denga bulan mulia yang menyimpan seribu berkah dan ampunan ini. Ramadhan untuk saya merupakan bulan spesial, karena semua perilaku yang kita kerjakan bernilai ibadah. Tidak hanya baca Al Qur'an (yang jelas-jelas ibadah 'besar'), dimana pahala yang akan diberikan Allah dihitung per satu huruf yang kita baca, di bulan suci Ramadhan bahkan tidur pun terhitung sebagai ibadah (asal jangan tidur seharian aja, hehe!)
Yang Khas Di Bulan Ramadhan
Di antara sebelas bulan lainnya dalam setahun, Ramadhan memiliki ciri khas tersendiri. Saya nggak akan membahas dari sisi keutamaan yang berkaitan dengan agama, karena memang tidak kompeten dalam hal tersebut. Dari aspek sosial saja, inilah beberapa di antara kekhasan Ramadhan di negara kita:
Pertama, Bulan Ramadhan hampir selalu berkaitan dengan melambungnya harga-harga barang kebutuhan pokok. Bahkan hal ini sudah dimulai sejak beberapa minggu sebelum Ramadhan. Belum lagi terlupa dari ingatan kita mengenai kenaikan BBM, sekarang masyarakat terutama ibu rumahtangga dan pelaku bisnis kuliner sudah dibuat pusing dengan melambungnya harga bahan makanan terutama cabai rawit merah yang 'terbang' ke angka 100 ribu rupiah per kilo!
Kedua, Entah dari mana asal muasalnya Ramadhan selalu identik dengan kembang api dan petasan. Hingar-bingar kembang api dan petasan di malam hari selalu menambah semarak suasana Ramadhan (namun jika tak hati-hati, 'penyemarak' ini juga bisa menjadi petaka lho!)
Ketiga, Ramadhan identik dengan membludaknya pengemis. Mereka terbagi dua, ada yang memang sudah lama menjadi pengemis dan betul-betul miskin dan pengemis dadakan yang datang dari kampung untuk mendulang berkah menambah pundi-pundi kekayaan di kampung halaman (yang kedua ini sebetulnya berkecukupan, tapi emang mentalnya aja peminta-minta)
Keempat, meski secara logika di bulan ini orang berpuasa sehingga porsi makan berkurang, namun bukannya penghematan dan penurunan berat badan yang didapat. Sebagian orang justru menjadi lebih boros dan berat badannya bertambah. Hmm, tanya kenapa?
Kelima, fenomena Ngabuburit yang terjadi di mana-mana. Mulai dari di tempat ibadah, pusat perbelanjaan, playground, sport center, perpustakaan dan lainnya.
Ngabuburit, Apaan Tuh?
Setahu saya "Ngabuburit" berasal dari Bahasa Sunda. Akar katanya adalah 'Burit' yang berarti gelap. Dengan awalan -Nga dan sisipan -Bu (yang memotong suku kata pertama dari 'Burit'), jadilah Ngabuburit yang artinya menunggu gelap. Secara istilah ngabuburit berarti melakukan berbagai aktifitas untuk menunggu malam. Itu artinya ngabuburit dilakukan pada sore hari. Entah sejak kapan istilah ini dipakai secara nasional, yang jelas sekarang Ngabuburit bisa dibilang sudah menjadi 'trend' dalam mengisi Bulan Ramadhan di sore hari.
Ngabuburit, Penting Nggak Sih?
Menurut saya, ini bukan masalah penting atau tidak, tapi lebih pada pemilihan kegiatan yang dilakukan. Menghabiskan waktu di sore hari menjelang buka puasa tentu boleh saja sejauh kegiatannya positif dan tidak membatalkan puasa meskipun sekedar berpotensi membatalkan puasa. Contohnya nih, kalau kita ngabuburit dengan terus-terusan berkumur untuk membasahi mulut, itu kan berpotensi banget bikin airnya tertelan, jadi sebaiknya sih dihindari ya! Contoh lainnya nih, ngabuburit di pusat perbelanjaan yang dikelilingi dengan beraneka ragam sajian kuliner yang menggoda. Kalau nggak kuat godaan, sebaiknya ngabuburit dengan cara ini juga dihindari. Nggak lucu kan kalau 1-2 jam menjelang azan maghrib berkumandang, kita sudah berbuka dengan alasan nggak sanggup menahan hidung dari aroma ayam goreng atau roti bakar!
Trend Ngabuburit Asyik Saat Ini
Sekarang sudah banyak kalangan yang menjadikan Ngabuburit sebagai gaya hidup yang positif. Misalnya saja mal yang menggandeng lembaga amal untuk mengadakan bazaar amal atau event organizer yang mnggandeng artis untuk menyelenggarakan konser amal. Kegiatan yang dilatarbelakangi dengan kepedulian pada sesama ini boleh banget dijadikan alternatif untuk mengisi sore hari. Kalau seperti ini sih, nggak sekedar asyik dan seru namun juga halal dan berkah. Bukankah pada hakikatnya puasa itu melatih diri untuk bersikap seperti mereka yang kekurangan? Jadi selain turut merasakan lapar dan haus seperti orang-orang miskin, kita juga bisa berempati pada mereka dengan menyumbangkan materi atau tenaga untuk membantu mereka.
Ngabuburit di bulan Ramadhan tentu tidak dilarang asalkan tidak membatalkan puasa dan bahkan sekedar memicu terjadinya kebatalan. Tapi, seandainya kondisi fisik nggak memungkinkan untuk mengadakan atau berpartisipasi di kegiatan yang positif, menurut saya sih lebih baik diam saja di rumah sambil membaca buku, mengaji atau sekedar membantu menyiapkan berbuka puasa bersama keluarga. Ini juga bisa jadi asyik dan seru kalau kita melakukannya dengan ikhlas.
Mengaji: Salah satu contoh ngabuburit berpahala (sekaligus nggak ngabisin tenaga) |
Jadi, selamat Ngabuburit :)
Enjoy Ramadhan, mari berlomba-lomba mengumpulkan amal baik di bulan baik ini...
Ikut event ngaBLOGburit-nya BlogDetik Pilihan saya mengisi waktu Ngabuburit hari ini |
No comments:
Post a Comment