Gaza—putera pertama saya susah banget kalau
disuruh mandi, kecuali kalau hari itu dia sekolah atau mau diajak jalan-jalan.
Pasalnya, jadwal sekolah dia di Playgroup kan nggak setiap hari, Cuma 2 kali
seminggu. Jadi kalau hari sekolah dia bisa mandi jam 6.30, sementara jika libur
paling cepat jam 8. Kecuali tadi itu, kalau kami ada jadwal bepergian. Teman saya
sampai ada yang bilang, “Kaya kucing dong nggak mau mandi?” Mending kucing, dia
bisa tetap bersih hanya dengan jilat-jilat badan. Nah, masa iya anak saya mesti
dijilati seperti kucing? Bahkan nih, pada sore hari, seandainya dia sudah mandi
karena mau mengaji di TPA, eh tiba-tiba hujan turun dan TPA diliburkan, Gaza
bisa ngomel panjang pendek, “Payah deh, Gaza udah mandi cepet-cepet, malah
ujan, libur lagi ngajinya.” Haduh, entah menurun dari siapa perilaku malas
mandi itu!
Awalnya saya sempat tergoda untuk
menjanjikannya reward seandainya dia mau mandi. Misalnya saja dia boleh jajan
es krim favoritnya di siang hari atau ada waktu bermain ekstra di sore hari.
Tapi lama-lama reward ini nggak memberi banyak pengaruh. Kadang dengan
santainya Gaza bilang, “Gak mau main ah, gak asyik di luar gak ada orang.”
Dengan kata lain, ya mandinya juga nanti lagi saja. Hufft!
Hingga suatu hari saya menemukan cara yang
ampuh untuk menyuruhnya mandi. Cara yang saya temukan secara tidak sengaja saat
kami sedang bermain di taman kompleks. Waktu itu di sana ada beberepa ekor
kucing. Gaza ini pengamat yang baik terhadap lingkungan sekitar. Tiba-tiba saja
dia bilang,
“Bunda, lihat deh kucing yang itu nggak ada
temannya. Tapi kalau yang sana mainnya bertiga.” tunjuknya pada kerumunan anak
kucing yang sedang asyik bercanda di bawah pohon mangga. Sementara ada seekor
kucing dewasa tampak ‘nelangsa’ sendiri di pojok taman. “Kenapa ya, Bun?”
lanjut Gaza.
Aha, saya langsung mendapatkan ide!
“Gaza lihat nggak kucing besar itu, kotor ya?”
tanya saya. (padahal sih nggak kotor-kotor amat juga, hehe). Tapi Gaza
mengangguk saja.
“Kalau yang kecil-kecil itu bersih.” kata Gaza.
“Iya, yang kecil-kecil itu namanya Kitty, Kutty
dan Ketty. Sementara yang besar namanya Kotty.”
“Bunda tahu dari mana?” tanya Gaza heran.
“Hmm, ya pokoknya tahu lah. Nah, si Kitty,
Kutty dan Ketty itu mereka bisa bermain dengan riang gembira dan lincah karena
mereka rajin mandi setiap pagi dan sore.”
“Memang iya?” Gaza tampak mulai ragu. “Bunda
suka lihat mereka mandi?” tanya Gaza kritis.
“Ya nggak usah lihat mandinya, kan sudah
kelihatan bulunya bersih. Bandingkan dengan si Kotty, kotor kan?”
“Mungkin dia suka main pasir, Bun. Kaya Gaza!”
katanya dengan bangga (ya, buat anak saya main pasir itu keren, karena berkesan
‘eksklusif’. Soalnya rata-rata temannya nggak diizinkan sama ibunya).
“Ya, main pasir dan nggak mandi. Coba Gaza
bayangkan di tumpukan pasir itu kan kotor sekali. Ada kotoran kucing, ada
sampah bekas makanan, cacing, kuman dan bakteri yang nggak kelihatan. Kalau
enggak mandi, semua kotoran itu menempel di kulit. Sementara kuman dan bakteri
yang superkecil itu bisa langsung masuk ke dalam kulit dan bikin penyakit di
dalam badan kita. Hiiiyy!” saya merinding sedramatis mungkin.
“Penyakit apa, Bun?”
“Penyakit…ehm, gatal-gatal dan mencret
seandainya mereka masuk ke dalam mulut karena tangan yang kotor tidak dicuci
sebelum makan. Nah, Gaza mau gatal-gatal dan mencret?”
Putera
saya langsung menggeleng. “Nggak, obatnya pait. Gaza juga capek ke kamar mandi
melulu. Ee di celana, dimarahin sama Bunda.” jawab Gaza lucu.
“Nah
itulah akibat dari malas mandi. Selain itu, temannya juga nggak ada lagi yang
mau dekat-dekat dan main bersama. Kayak si Kotty. Nggak asyik kan?”
“Iya
bener, Bun! Kemarin aja waktu main sama X (menyebut nama temannya), dia itu
belum mandi padahal udah siang, bau ketek deh!” ujar Gaza semangat.
“Nah
kaan… Selain itu, mandi juga bikin badan kita segar. Bayangkan kalau nggak
mandi, pasti kita lemas dan gerah. Jadi nggak ada semangat untuk gowes sepeda,
belajar dan lainnya.”
“Iya
tuh si Kotty pagi-pagi gini malah tidur. Teman-temannya pada main asyik.” ujar
Gaza sambil memperhatikan Kotty lekat-lekat.
Sore
harinya saya mencoba mengajak Gaza mandi sambil mengingatkan tentang si Kotty.
Tanpa diduga, anak saya semangat untuk mandi. Mungkin masih segar dalam
ingatannya mengenai Kotty yang kotor dan tak punya teman. Setelah mandi, dia
segera keluar dengan sepedanya. Seorang ibu tetangga kami berseloroh, “Eh Abang
Gaza udah mandi, cakep bener.” hingga Gaza tersipu dibuatnya.
Kotty
oh Kotty…Sungguh, bersamamu beberapa menit saja menumbuhkan inspirasi bagi
kami. Terimakasih ya. Semoga saja putera saya tak lagi malas mandi.
Bercerita, bisa melalui buku atau berimajinasi sendiri |
Well, bercerita memang memiliki banyak manfaat
khususnya untuk anak-anak, diantaranya bisa meningkatkan kemampuan berbicara,
menambah kosa kata, meningkatkan minat baca, melatih kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah, melatih emosi, hingga mendekatkan kualitas hubungan
orangtua (yang bercerita) dengan anak.
Bercerita
tak selalu harus mengandalkan buku atau majalah. Sebagai orangtua, kita juga
bisa mengarang sendiri cerita untuk anak. Yang penting cerita tersebut
mengandung pesan moral atau ide-ide baru yang bisa dilakukan oleh anak.
Yuk, kembangkan imajinasi demi membuat cerita yang bagus, unik dan berkesan untuk anak kita. Lalu upload cerita tersebut di Kontes Cerita Bunda Frisian Flag 123/456 yang diadakan oleh Komunitas Ibu dan Balita. Caranya mudah saja, Bunda tinggal melakukan registrasi di www.ibudanbalita.com lalu upload cerita seru hasil karangan Bunda di sana (periode II dibuka sampai dengan 30 Desember 2013).
Ada banyak hadiah keren untuk cerita yang
terpilih, yaitu 2 unit Samsung Galaxy
Tab 3 untuk 2 cerita terbaik dan 10 voucher berlanja senilai @Rp 600.000
untuk cerita pilihan dewan juri.
Bukan cuma hadiah berupa materi, dengan bergabung di Komunitas Ibu
dan Balita, Ibu juga bisa mendapatkan informasi seputar kehamilan, imunisasi
dan tumbuh kembang si kecil melalui website dan SMS. Lengkap bukan?
Kurang apa lagi? Yuk segera mendaftar di Komunitas Ibu dan Balita dan
ikut Kontes Ceritanya di IbudanBalita J
http://sebar.idblognetwork.com/psg_ppp.php?b=12373&tid=170&iid=1790
7 comments:
sip deh maak ceritanya bagus :)
Ikutaan yaa, semoga suksesss Mak Aprilia :)
Manusia itu suka cerita, jaman dulu sebelum buku itu dikenal, orang senang bila tukang cerita bercerita... Sekarang, membaca adalah salah satu cara menambah wawasan, juga pengalaman kita.
Salam untuk anak-anaknya ya bu...
Seneng deh lihat anak-anak yang suka membaca :)
Komunikasi dua arah yang indah
Tujuan dan endingnya juga dapat ya mbak :)
Salam :)
Semoga jadi yang terbaik..
Mas Taufiq: Sejauh ini sih anak-anak saya masih lebih suka lihat Bundanya membacakan cerita, tapi mudah2an kalau sudah bisa baca akan ketagihan baca buku sendiri. Terimakasih sudah berkunjung. Salamnya sudah sampai ke Gaza dan Bilal :)
Mas Purnomo: Amin, terimakasih Mas Purnomo. Semoga menginspirasi :)
Post a Comment