Saturday, April 12, 2014

Langkah Mudah 3D Untuk Obat TB Gratis Gak Bikin Miskin

Sore kemarin saya nonton sinetron di satu televisi swasta. Entah apa judul sinetron tersebut, soalnya saya nontonnya juga nggak sengaja, pas lagi cari channel yang ada film kartunnya untuk ditonton bareng sama Gaza. Yang menarik perhatian adalah ada adegan seorang nenek sedang batuk mengeluarkan dahak bercampur darah. 
Selanjutnya ada seorang perempuan muda mendatangi sang nenek dengan mimik terkejut dan bilang, "Astaghfirullah, Emak kenapa?" sambil buru-buru memapah nenek itu ke ranjang. 
"Ini nggak bisa dibiarkan, Emak harus berobat." lanjutnya sambil berurai air mata. 
Yang kemudian dijawab oleh sang nenek, "Ah nggak perlu, Emak nggak apa-apa kok. Biarlah uangnya buat bayar sekolah anak-anak."

Gambaran 'klasik' penyakit TB. Sumber dari sini 

Sakit...Obat...Uang...Sakit...Obat...Uang...
Rasanya ini seperti 'lingkaran setan' saat masyarakat kalangan bawah mengidap suatu penyakit. Mereka mengidap sakit yang diagnosanya saja tak tahu, lalu tak berani ke dokter karena tak ada uang. Jikapun ada uang, masih banyak kebutuhan sehari-hari yang belum terpenuhi. Jadilah sang penyakit, boro-boro bisa diobati, diperiksa saja tidak.

Tapi hey, di sinetron itu digambarkan bahwa sakit sang nenek adalah batuk-batuk akut dimana dahaknya bercampur dengan darah, kan? Satu scene adegan yang sering sekali saya jumpai dalam sinetron Indonesia: batuk berdahak yang bercampur darah yang menimpa orang miskin. Seketika saya teringat sesuatu... Ah ya, itu kan salah satu gejala penyakit TB (Tuberculosis), yang belum seminggu saya tulis di blog ini (coba deh lihat posting saya sebelumnya). 

Terus, gimana dong? Apakah gambaran penyakit yang seringkali jadi topik di sinetron itu memang demikian adanya? Bahwa sakit seperti itu menyusahkan? Alias selain sakitnya repot juga biayanya mahal? Ternyata tidak, sodara-sodara. Berbahagialah karena berdasarkan keterangan yang saya peroleh di sini, pemerintah Indonesia kini sangat gencar untuk memberantas penyakit yang seringkali disebut 'identik' dengan orang miskin ini (padahal sebetulnya sih TB bisa menyerang siapa aja tanpa pandang bulu). Tidak hanya wacana, langkah kongkret pemerintah memerangi penyakit TB terwujud dengan menyediakan obat TB secara gratis di puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Apa, gratis? Ya, G-R-A-T-I-S. Obat TB kini bisa diperoleh secara gratis di Puskesmas serta rumah sakit pemerintah terdekat.

"Iya, obatnya gratis. Terus bayar dokternya pasti dimahalin. Kaya iklan aja, **syarat dan ketentuan berlaku." 

Mungkin sebagian dari kalian--pembaca blog saya, ada yang mikir kaya gitu. Hihi, ini akibat sering nonton promo iklan nih, jadi hafal sama tanda bintang yang nyaris selalu menyertai promo/kuis berhadiah. Tapi tenang, untuk yang satu ini pemerintah nggak pake * (tanda bintang), kok. Berdasarkan sumber terpercaya dari Depkes, dikatakan bahwa pengobatan awal diberikan gratis dan selanjutnya untuk pasien TB yang masuk dalam program, pengobatan ditanggung pemerintah secara penuh.

Masih nggak percaya? Buktinya nih, sekitar 3 tahun yang lalu nenek suami saya mengidap TB. Beliau lalu dibawa ke puskesmas. Menurut keterangan Inna Syarafah--adik ipar saya yang menemani Atu (demikian kami memanggil nenek), katanya di Puskesmas itu hanya dikenakan biaya pendaftaran 2-3 ribu rupiah dan biaya pemeriksaan sekitar 5-10ribu rupiah. Selanjutnya gratis..tiss...tisss, meski harus periksa setiap 2 minggu sekali. Dan untuk selanjutnya, alhamdulillah Atu sembuh setelah berobat rutin selama 6 bulan, bahkan tahun lalu beliau sudah menunaikan ibadah umrah.


GRATIS tanpa **Syarat dan Ketentuan yang berlaku.
Sumber dari sini

Jadi, udah yakin kan sekarang kalau saya nggak bohong perihal gratisnya obat TB di Puskesmas dan rumah sakit pemerintah? Nah, makanya gak usah ragu deh kalau ada kerabat atau tetangga yang terlihat memiliki gejala TB, langsung aja tempuh langkah mudah 3D berikut ini:
1. Datangi Puskesmas
2. Diperiksa oleh dokter
3. Jika terbukti TB, maka Diminum secara rutin obat gratisnya.
Yes, that easy... Datang, Diperiksa dan Diminum alias 3D!

Jadi sekarang gak usah terlalu percaya deh sama sinetron yang masih menampilkan adegan 'klasik' orang batuk parah lalu mengeluarkan dahak bercampur darah dan bilang kalau untuk mengobatinya mahal (eh ini khusus TB, yaa..). 

Dan semoga untuk selanjutnya para penulis cerita film/sinetron juga mau membantu program pemerintah 'Indonesia Bebas TB' ini dengan menambahkan adegan setelah batuk-batuk berdarah itu dengan dibawanya sang pasien ke Puskesmas untuk beobat, tanpa rasa khawatir karena ternyata obatnya nggak bikin miskin. Setuju? Setuju laah... Mari kita bikin para pencinta sinetron Indonesia menjadi masyarakat yang lebih optimis dalam memandang hidup, terutama jika berkaitan dengan kesehatan.

Yakinlah bahwa kita bisa mengubah image Indonesia dari yang mendapat ranking ke-4 penderita TB terbanyak setelah India, China dan Afrika selatan menjadi Indonesia Bebas TB.

Tulisan ini disertakan dalam Kompetisi Blog bertema 'Obat TB Gratis' yang diselenggarakan oleg www.tbindonesia.or.id


Referensi tulisan:
www.depkes.go.id
www.tbindonesia.or.id

8 comments:

Ruziana said...

selamat ya mak udah menang kompetisi serial 2

Anita Makarame said...

Selamat mak udah juara :D

Pritha Khalida said...

Alhamdulillah makasih ya mak Ruziana Ana dan Mak Makarame :)

Moocen Susan said...

UNik mak selamat ya

Pritha Khalida said...

Alhamdulillah makasih ya, Mak...

Amir said...

Selamat ya jadi pemenang serial ke dua, baca juga punya saya, jangan lupa komentarnya ya?

http://amir-silangit.blogspot.com/2014/04/akhirnya-saya-sembuh-dari-penyakit-tb.html

Adi Pradana said...

Mari hapus TB dari Indonesia.

Pritha Khalida said...

Mas Amir Mahmud: Makasih yaa...
Mas Adi Pradana: Yuk kita bantu edukasi dengan ngeblog