Friday, April 4, 2014

Pelajaran Penting Dari Kisah Alyssa

Untuk semua teman yang ada di friend list FB saya, yang pas baca ini di newsfeed-nya... Mohon perhatiannya sebentar. Saya mau berbagi kisah dari sahabat saya mbak Nadiah Alwi

Mohon doa untuk "Alyssa Syarifah" (usia 6 bulan), yang sedang dirawat di ICU RSIA Hermina Depok. Alyssa sedang kritis, awalnya didiagnosa menderita radang paru, namun diagnosa terakhir adalah encephalitis, radang otak.

Saat masuk ICU, dana yang dibutuhkan adalah sebesar 15 juta, namun dari hasil meminjam, keluarga hanya dapat membayar 13 juta. Alhamdulillah pihak rumah sakit tetap mengizinkan Alyssa dirawat di ICU. Hari kedua di ICU, karena kondisinya yang menurun, maka untuk imunitasnya, Alyssa diberikan obat seharga 6 juta.

Rabu malam kondisi Alyssa kritis, napas sudah dibantu alat. Namun, semalam dikabarkan kondisinya membaik. 

Alyssa kecil, semoga Allah memberkahinya

Walau begitu, menurut dokter, perjalanan pengobatan Alyssa masih panjang. Tentunya dibutuhkan biaya tidak sedikit. Karenanya, selain bantuan doa, kami juga memohon bantuan berupa dana untuk proses penyembuhan Alyssa.

Berikut ini adalah nomor rekening yang dapat digunakan BCA KCP Tebet a/n Nadiah norek 0921303831.

Nomor HP Ayah Alyssa: Fakhrur Razi, 02195322896
Nomor HP Nadiah (sepupu Fakhrur Razi): 02195693114
***

Itu adalah postingan saya di status FB dan twitter pagi tadi. Ditulis kembali di sini karena saya tahu tidak semua pengunjung blog saya memiliki FB dan twitter. Berusaha menjangkau lebih banyak orang yang membaca kisah ini. Oya jika di atas ditulis terakhir biaya pengobatan Alyssa sampai 21 juta, maka per siang tadi ternyata sudah menggelembung ke angka 50 juta, dan sekali lagi saya sampaikan, bahwa uang yang dimiliki keluarganya jauh dari cukup.

Tahukah kalian teman-teman, bahwa selepas menulis itu di FB dan Twitter, saya merasa jadi orang paling beruntung sedunia. Jika kalian berpikir bahwa ini disebabkan saya kaya raya, salah besar. Secara materi saya tidak kaya, rumah yang saya dan keluarga tempati saya masih mencicil, saya belum punya mobil, perhiasan mewah dan lain-lain yang biasa dijadikan tolok ukur kekayaan secara materi. Tapi saya merasa sangat beruntung karena keluarga kecil saya sejauh ini alhamdulillah sehat. Saya merasa beruntung karena rumah mungil kami nyaman untuk ditinggali. Saya beruntung karena hari ini masih bisa makan cukup. Dan yang paling penting, saya beruntung karena sampai detik ini Allah masih memberi saya kemampuan untuk bernafas melalui hidung yang lubangnya menghadap ke bawah (jadi kalau hujan nggak perlu ditutup), melihat dengan dua mata, menulis pakai jemari tangan, mendengar celotehan anak-anak dan lainnya yang priceless.

Padahal seringkali saya mengukur rezeki itu hanya dari materi. Setiap habis solat, saya selalu berdoa pada Allah supaya murah rezeki. Dan yang ada di kepala saya saat doa itu dipanjatkan adalah: Materi (baca: uang, mobil, rumah yang lebih besar, dan semacamnya). Apa pasal? Hei, kita kan tidak bisa menafikkan bahwa hidup ini perlu uang. Semua ada tagihannya, mulai dari cicilan rumah, belanja kebutuhan dapur, sekolah, transportasi, daaan lain-lain. Dimana itu semua nggak bisa dibayar pakai daun. Iya, kan?

Tapi kisah Alyssa rasanya jlebb banget langsung ke hati. Mengingatkan saya yang matre ini bahwa rezeki tidak selalu berupa materi. Rezeki juga bisa datang dalam bentuk kesehatan (justru ini yang utama), kesetiaan suami, kasih sayang keluarga, tempat tinggal yang nyaman, anak yang cerdas dan terutama udara gratis yang bisa kita hirup setiap saat (coba deh lo bayangin kalo tiap kali napas kudu bayar, seratus perak aja! Apa gak mendadak miskin??)

Astagfirullahaladzim...

Entah berapa sering saya bermimpi pengin punya ini, pengin punya itu. Atau pengin travelling kesana, travelling kesitu. Pengin begini, begitu. Atau bahkan yang lebih buruk, mengeluh kalau merasa sudah berjuang maksimal tapi tak mendapat hasil seperti yang diharapkan.

Padahal di luar sana tak sedikit orangtua yang berjuang demi kesembuhan anaknya dari sakit yang terbilang parah. Di luar sana, tak sedikit pula orangtua yang banting tulang sampai 'kaki di kepala, kepala di kaki' demi bisa beli makanan bergizi untuk anaknya, atau bahkan sekedar sekotak susu yang hanya cukup sampai seminggu pertama di awal bulan.

Sedikit sekali saya bersyukur atas semua nikmat-Nya. Kisah Alyssa kecil sungguh menjadi pelajaran berharga bagi saya bahwa kesehatan adalah rezeki yang paling tak ternilai dibanding apapun. 

2 comments:

Keke Naima said...

sedih banget kalau lihat keadaan Alyssa, ya. Tp, kita bisa berkaca dengan apa yang dialami Alyssa. TFS, Mak :)

Pritha Khalida said...

Iya sama-sama, mak... Ya, Alyssa ini betul2 bikin saya lebih menjaga diri untuk nggak banyak ngeluh dengan kondisi yang ada di keluarga.