Wednesday, May 21, 2014

'Behind The Scene' Buku Balita Bertanya Anda Menjawab

Balita Bertanya Anda Menjawab, Redaksi Panda Media 2014

Alhamdulillah...
Berkali-kali puji syukur saya ucapkan sambil memandangi foto cover buku di atas. Meski diperkirakan buku tersebut baru keluar dari oven percetakan sekitar 26-27 Mei mendatang, tapi kebahagiaan saya sudah meluap-luap sejauh ini. Bagaimana tidak, ini adalah buku bertema parenting saya yang pertama. Sebuah buku yang pada awalnya sempat bikin pesimis akan diterima atau tidak oleh penerbit. Pasalnya, ini berawal dari ide sekelebatan saja.

Jadi gini, untuk yang berteman dengan saya di Facebook pasti sudah sering melihat status yang saya tulis mengenai Gaza--sulung saya yang cerewet itu. Sejak lancar ngomong di usia sekitar 18-19 bulan, hampir setiap hari ada saja yang dia tanyakan atau komentari. Pertanyaan mulai dari, "Ini apa?", "Untuk Apa?" sampai "Kenapa gitu?" dan lain-lain seringkali mampir di kuping saya. Satu jawaban sudah bisa dipastikan tidak cukup untuknya. Kalau dijawab A, dia biasanya akan nanya lagi, "Kenapa A?" Batas pertanyaan Gaza adalah sampai dia betul-betul mengerti atau sampai dibilangin kalau mulut saya kering.

Pertanyaan-pertanyaan Gaza ini adakalanya gampang, misalnya saat dia nanya, "Kenapa motong wortel ga boleh pake gunting?" --> Saya jawab, karena gunting untuk motong kertas atau kain yang tipis, sementara wortel terlalu tebal untuk dipotong pakai gunting.
Adakalanya agak susah, "Kenapa kambing gak makan ayam goreng?" --> kalau dijawab karena dia nggak doyan, pasti bakal panjang, "Kenapa kalo kambing boleh gak doyan, kalau Gaza harus doyan?"
Sampai akhirnya saat dia bertanya, "Tanggungjawab itu apa?"
Aje gile...anak 2 tahunan nanya tentang tanggungjawab? Pengen banget jawab, "Eh tong, emak lo dulu waktu dua taun mah maenan boneka ama masak-masakan aja kayanya, kaga pake tanggungjawab segala rupa."
Tapi tentu saja saya nggak jawab begitu. Bisa-bisa dia kapok nanya sama saya, trus pindah ke orang lain. Jika itu yang terjadi, di mana harga diri saya sebagai Ibu?? (halagh bahasanya, cyin!)

Akhirnya, saya mulai sering tuh posting tentang pertanyaan-pertanyaan Gaza yang susah. Ada yang udah dikasih jawaban, ada yang dibiarkan 'menggantung'. Nah yang kaya gitu itu, jujur aja sebenernya ngga ada ide jawab, butuh masukan, xixixi...

Seiring waktu, saat saya makin sering posting status mengenai pertanyaan-pertanyaan Gaza, ternyata beberapa teman bilang bahwa mereka juga mengalami hal seperti ini, dimana anaknya kalau udah nanya suka merepet kaya petasan. Dan yang paling repot kalo pertanyaannya itu susah dijawab. Bukan susah karena nggak tau jawabannya, tapi lebih ke susah jelasin ke anak balita. Coba kalo tiba-tiba ada anak balita laki-laki nanya, "Kenapa sih aku punya titit (penis) sementara si anu nggak?"
Untuk seorang Ibu yang awam, tentu pertanyaan ini bikin pengen ngunyah kipas angin. Apalagi kalo terlontar di depan orang lain.

Nah, akhirnya saya kepikiran deh. Dengan niat mulia untuk meyakinkan para Ibu yang punya balita kritis bahwa mereka nggak sendiri, juga memudahkan mereka menjawab pertanyaan 'tak terduga' dari balitanya, maka saya pun berpikir untuk menulis buku tentang ini. Dalam benak saya saat itu, buku seperti ini pasti akan sangat membantu.

Saya lalu membicarakan ide ini dengan seorang editor yang pernah membidani buku saya sebelumnya. Editor cantik itu lalu menyarankan saya untuk survey, mengenai seberapa banyak sih orangtua yang bermasalah dengan pertanyaan anak balitanya? Memang penting nggak ada buku begini? Karena berpendapat kalau ini ide bagus, maka saya pun memulai aksi survey. Itu sekitar tahun 2012 akhir. Saya survey kapan dan di manapun tanpa kenal lelah. Ketemu tetangga, saya tanya. Di acara arisan keluarga, sepupu serta tante saya juga kebagian pertanyaan ini. Temen-temen di socmed apalagi, ada yang saya todong langsung via inbox atau timeline, ada juga yang saya pancing-pancing untuk komen survey yang berupa status. Pokoknya nanya aja sama semua orang (termasuk Mamam, Ibu saya). Jawaban mereka saya kumpulkan, ada yang di HP, kertas atau diingat-ingat saja.

Usaha saya membuahkan hasil, saat itu terkumpul sekitar 130 pertanyaan. Karena banyak yang sama, akhirnya setelah dikerucutkan, pertanyaan hanya tersisa sekitar 60-70. Dibantu oleh sahabat saya Syarifah Faradina, kami lalu mengelompokkannya, ada tema agama, seks, peraturan dan lainnya. Setelah jadi, saya lalu membuat outline dan contoh penulisan dan mengirimkannya ke editor yang menyarankan survey tadi. 

Berbulan-bulan naskah itu tak berkabar. Sampai akhirnya sekitar pertengahan 2013, outline itu bersambut. "Coba diterusin sampai selesai,: begitu permintaan editor kala itu. Yuhuii, saya langsung jingkrak-jingkrak. Meski nggak dibilang bahwa naskah itu pasti diterima, paling gaknya perintah diteruskan adalah 'sinyal' bahwa ide saya nggak burukburuk amat. 

Lagi semangat untuk meneruskan tulisan nih, eh muncul pemikiran apakah saya menyalahi kode etik? Saya kan baru Sarjana Psikologi, bukan Psikolog. Bukan wewenang saya untuk bikin buku bertema konsultasi seperti ini. Lebih dari itu, apakah jawaban-jawaban yang saya ajukan sudah sesuai dengan pemikiran balita? Bisakah sebagian besar balita mengerti apa yang saya maksud? Dan ya, sepertinya saya memang butuh supervisi.

Selanjutnya, saya pun mencoba mencari siapa yang bisa dijadikan partner? Sahabat saya Syarifah Faradina yang seorang Psikolog, langsung geleng-geleng. Setiap Psikolog punya bidangnya masing-masing. Dia yang selama ini concern di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, merasa nggak memiliki ilmu yang memadai untuk bidang Psikologi Pendidikan. Saya disarankan untuk mencari orang lain yang lebih tepat.

Sampai akhirnya satu nama itu muncul: Ibu Sian! Ya, beliau sepertinya orang yang paling tepat untuk menjadi partner menulis tema ini. Mungkin kalian--pembaca blog saya akan bertanya, siapa itu Ibu Sian? Beliau adalah dosen saya saat kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Beliau adalah seorang Psikolog dan dosen senior. Nama lengkapnya Dra. Sianiwati Sunarto Hidayat, M.Si., Psi. Antara nekat dan nggak tau diri saya pun menghubungi beliau dan meminta untuk menjadi partner menulis buku ini. Perasaan saya waktu itu nggak menentu. Teringat masa-masa bimbingan skripsi dulu dibimbing oleh beliau.

Ibu Sian, partner sekaligus mentor saya dalam menulis BBAM

Dan syukurlah...saya tidak bertepuk sebelah tangan! Ibu Sian bersedia menemani saya dalam suka dan duka, eh.. maksudnya nulis buku ini. Saya jadi semakin percaya diri. Iya dong, ketakutan sebelumnya bahwa materi konsultasi yang saya tulis akan berantakan bisa diminimalisir dengan kehadiran Ibu Sian. 
Hari demi hari, minggu, bulan pun berjalan. Saya dan Ibu Sian terlibat diskusi yang cukup intens meski hanya via email dan SMS. Eh, sempat satu atau dua kali kami bertemu di kampus. Di tengah kesibukannya yang super padat, Ibu Sian memberi saya banyak referensi mulai dari materi tentang balita terkait perkembangan otaknya, daya nalar dan semacamnya. Widiiih, berasa kembali ke bangku kuliah deh!

Perjuangan panjang itu pun akhirnya bermuara pada terselesaikannya project besar kami berdua. Sip! Kurang lebih sebulan setelah Idul Fitri, saya pun menyerahkan naskah lengkap BBAM (dulu judulnya Celoteh Balita, namun berdasarkan pertimbangan penerbit akhirnya menjadi Balita Bertanya Anda Menjawab). Awalnya dijadwalkan saya akan memasuki masa revisi pada akhir tahun, agar buku bisa terbit di bulan Januari. Tapi saya minta 'cuti' karena mau melahirkan. Apalagi waktu itu kandungan saya mengalami masalah placenta previa. Saya butuh bedrest. Syukurlah pihak penerbit bisa memaklumi hal itu. Saya dibolehkan istirahat sampai Februari. 

Memasuki Maret, kami--saya dan Ibu Sian mulai sibuk revisi. Sebetulnya tak terlalu banyak yang diminta untuk revisi oleh pihak penerbit. 'Hiruk-pikuk' justru datang dari Ibu Sian, yang sangat hati-hati memeriksa setiap paragraf. Saya ingat betul pesannya waktu itu, "Coba perhatikan sumber rujukan, sudahkah semua ditulis? Hati-hati dengan plagiasi, Prith." 
Ibu Sian masih sama dengan ketika saya menjadi mahasiswanya dulu, super teliti dan kritis. Sungguh saya merasa tepat memilih beliau.

Setelah semua selesai, pada bulan April saya pikir sudah bisa tersenyum saat tinggal melengkapi lembar terimakasih, kata pengantar dan biodata. Ya kan, apa sih yang perlu dikhawatirkan dengan tulisan 'pelengkap' itu? Tapi rupanya pemikiran saya tak sepenuhnya betul. Saya ternyata masih harus mikir saat Ibu Sian mengaku kesulitan menulis biodata narasi dan minta tolong dibuatkan sambil menyodorkan CV. Ya ampun...CV sepanjang 3 halaman dengan spasi satu itu sungguh bikin saya pusing tujuh keliling. Bagaimana caranya meringkas pengalaman panjangnya dalam seminar, konseling, mengajar dan lainnya itu? Tapi, tetap saya ikhlas menuliskannya, sambil berdoa semoga suatu saat nanti saya juga punya kesempatan untuk bisa kuliah lagi dan membagikan ilmu Psikologi kepada masyarakat. Kenapa saya bilang nanti? Karena saya telah memilih untuk menjadikan keluarga sebagai prioritas, sebagai lahan mengabdikan diri. Biarlah cita-cita saya disimpan dulu sampai anak-anak cukup besar.

Dan jreeeng...
Akhirnya semua kerja keras kami pun nyaris menuai hasil. Dimana saat ini, saat sang naskah sudah berada di percetakan dan tinggal menunggu waktu terbit serta beredar di toko buku. Alhamdulillah :)

Oh ya, nyaris saya lupa cerita tentang cover. Anda lihat kan cover cantik buku BBAM di atas? Itu adalah karya adik sepupu saya, Aghnia Mardiyah. Dia mahasiswi tingkat pertama di Leeds College of Art. Sejak melihat ilustrasi buatannya Idul Fitri tahun lalu kala dia pulang kampung ke Indonesia, saya langsung jatuh cinta. Maka namanya pun saya ajukan ke penerbit. Setelah melalui berbagai proses, Alhamdulillah karya Aghnia terpilih untuk desain cover buku BBAM.

Ide buku, sudah
Proses pengerjaan, sudah
Ah, sepertinya sudah cukup banyak saya bercerita mengenai 'behind the scene' buku Balita Bertanya Anda Menjawab ini. Yang jelas, ini adalah buku saya yang ke-9 sejak mulai menulis di tahun 2007. Sangat berharap semoga buku ini bisa sedikit membantu para orangtua yang memiliki anak balita, untuk dapat memahami tak hanya pertanyaan yang tercetus dari mulut mereka, namun juga apa yang 'tersembuyi' di baliknya, mulai dari alasan kenapa ia ingin mengetahui hal tersebut sampai apa yang sebetulnya ingin dia ketahui dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Jadi mari sama-sama menghitung waktu sampai akhirnya buku tersebut terbit. Dan jika ingin membeli buku bertandatangan, silahkan ikut Pre Order dengan menghubungi saya melalui FB Pritha Khalida. Ada diskon khusus, lho. Tapi terbatas sampai Sabtu 24 Mei ini saja.

6 comments:

rumahmemez said...

Semoga sukses, lancar terus sampai terbit dan rilis ya Mbak :)))

Nian Astiningrum said...

sukses penerbitan bukunya Mak.. keren sekali.. *mupeng* :D
salam kenal ;)

Pritha Khalida said...

Aamiin makasih ya Mba Heidy :)

Mak Nian: Salam kenal, marii kita sama2 menulis.. :)

Kanianingsih said...

Selamata ya mba buju barunya...

Pritha Khalida said...

Makasih Mak Kania :) Alhamdulillah...

Pritha Khalida said...
This comment has been removed by the author.