'Lingkaran Setan' Penyakit TB
Membahas tentang TB--hingga saat ini--rasanya belum ada habisnya. Bagaimana tidak, penyakit yang berdasarkan data di negeri ini memakan korban hingga 186 orang per hari ini tampaknya menjadi seperti 'lingkaran setan'. TB tercatat lebih banyak menimpa masyarakat miskin karena minimnya pengetahuan mereka mengenai penyebabnya. Setelah tertular, ketidakmampuan secara ekonomi membuat pasien TB yang berasal dari kalangan bawah ini tidak mau berobat karena takut tak mampu membayar biayanya. Tak sampai pula informasi pada mereka bahwa pengobatan TB di puskesmas dan rumah sakit pemerintah itu gratis.
Selanjutnya, akibat dari tak adanya pelaporan (dan tentunya pengobatan), maka pasien TB bukannya sembuh, malah menulari orang-orang di sekitarnya dan menjadi korban TB dengan level tinggi XDR atau MDR, dan akhirnya meninggal. Padahal seandainya saja informasi lebih merata, maka beban kematian akibat TB tentu bisa sangat ditekan. Mengandalkan tenaga kesehatan semata untuk mengedukasi masyarakat terutama di lapisan bawah, rasanya tidak optimal. Maka dari itu, peran serta masyarakat sebaiknya dioptimalkan untuk mencegah, menemukan dan membantu penyembuhan TB di tanah air.
Selanjutnya, akibat dari tak adanya pelaporan (dan tentunya pengobatan), maka pasien TB bukannya sembuh, malah menulari orang-orang di sekitarnya dan menjadi korban TB dengan level tinggi XDR atau MDR, dan akhirnya meninggal. Padahal seandainya saja informasi lebih merata, maka beban kematian akibat TB tentu bisa sangat ditekan. Mengandalkan tenaga kesehatan semata untuk mengedukasi masyarakat terutama di lapisan bawah, rasanya tidak optimal. Maka dari itu, peran serta masyarakat sebaiknya dioptimalkan untuk mencegah, menemukan dan membantu penyembuhan TB di tanah air.
Peran Aktif Netizen Untuk TB
Ada beberapa hal sederhana namun penting yang bisa dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat dunia internet atau netizen untuk membantu pemerintah mewujudkan Indonesia Bebas TB. Hei, mengapa hanya netizen? Bagaimana dengan masyarakat yang jarang atau bahkan nyaris tak pernah berhubungan dengan internet, tak bisa kah mereka berpartisipasi dalam hal ini? Oh tentu saja bisa. Maksud saya mempersempit peran pada netizen adalah karena mereka merupakan kelompok masyarakat yang relatif lebih mudah memperoleh informasi mengenai kesehatan khususnya TB, tanpa harus sering berhubungan langsung dengan tenaga kesehatan.
Berangkat dari fakta ini, maka diharapkan para netizen bisa menjadi 'duta TB' melalui 3 cara berikut:
1. Mencegah
Agar bisa mencegah penularan TB, maka yang terpenting adalah kita harus memiliki pengetahuan memadai tentang bagaimana penularan TB. Pada umumnya TB lebih cepat menular di 3 kondisi berikut, yaitu:
Panduan untuk Netizen sebaga Duta TB |
a) Tempat dengan populasi yang padat
Overpopulasi di negara miskin dan berkembang membuat lingkup penularan TB melebar. Ini pula yang menjadi penyebab Indonesia menjadi negara keempat dengan kasus TB terbanyak di dunia setelah India, Cina dan Afrika Selatan (keempat negara ini merupakan negara dengan jumlah penduduk tinggi dan pendapatan perkapita di bawah US$ 10.000 per kapita pertahun).
Mengendalikan populasi penduduk adalah program pemerintah yang sudah sejak lama digaungkan melalui Program Keluarga Berencana. Belum optimalnya program ini disebabkan minimnya pengetahuan dan fasilitas bagi masyarakat di daerah mengenai pentingnya merencanakan jumlah anak. Dengan pengetahuan yang didapatkannya dari situs terpercaya di internet, netizen bisa mengambil peranan dengan terjun langsung ke masyarakat misalnya dengan menjadi sukarelawan di posyandu atau membentuk komunitas yang bekerjasama dengan pemerintah dengan membuat pamflet atau flyer yang mengedukasi masyarakat mengenai hal ini, terutama kaitannya dengan berbagai masalah kesehatan, khususnya TB.
b) Tempat dengan lingkungan yang semrawut dan kotor
Tidak bisa dipungkiri bahwa tempat yang semrawut dan kotor bisa mempercepat perkembangan bakteri TB. Di sini perlu adanya kesadaran masyarakat untuk bisa hidup sehat dan bersih melalui cara lebih peduli pada lingkungan.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur, mulai dari pengolahan sampah sampai gerakan menanam pohon. Di sini para netizen bisa mengambil peran dengan menerapkan ilmu yang didapat dari internet pada lingkugan sekitarnya. Kekuatan komunitas biasanya akan lebih mudah menggerakkan masyarakat untuk bisa sama-sama bergerak mewujudkan lingkungan yang bersih dan asri.
Contoh kongkrit Partisipasi Netizen Terhadap Lingkungan (di lingkungan tempat tinggal penulis) |
c)Gaya hidup
Malnutrisi dan gaya hidup tidak sehat menurunkan daya tahan tubuh, ini menjadikan tubuh rentan terhadap berbagai penyakit khususnya TB.
Inspirasi mengenai gaya hidup sehat melalui olahraga maupun asupan makanan bergizi seimbang bisa didapat dengan mudah di internet. Para netizen di sini bisa bekerjasama dengan pemerintah maupun tenaga kesehatan guna menyebarkan informasi mengenai pentingnya gaya hidup sehat.
2. Menemukan
Untuk menemukan pasien TB, maka mutlak adanya pengetahuan mengenai gejala TB. Mudahnya informasi yang diperoleh di internet mengenai gejala TB, membuat netizen menjadi duta pemerintah di masyarakat untuk bisa menemukan pasien TB. Sederhana saja, jika ada tetangga atau saudara yang mengalami gejala-gejala umum TB seperti batuk yang tak kunjung sembuh bahkan hingga mengeluarkan dahak darah, demam di malam hari, berat badan yang menurun drastis dan lainnya, bisa segera dianjurkan untuk berobat dengan memberitahukan kemungkinan-kemungkinan penyakit yang diderita. Atau paling tidaknya, menghindarkan diri agar tidak tertular dan melaporkan kasus tersebut ke Puskesmas terdekat.
3. Membantu Penyembuhan
Peran serta netizen yang bukan berprofesi sebagai tenaga kesehatan tentu bukan dengan memberi obat secara asal-asalan, tapi bisa berpartisipasi sebagai PMO (Pengawas Menelan Obat) bagi pasian TB. Tak cuma memantau, peran aktif untuk memotivasi pasien agar bisa disiplin minum obat guna mempercepat kesembuhannya sangat diharapkan dari PMO.
Netizen Sebagai Duta TB Di Masyarakat
Netizen--dengan kesempatan yang dimilikinya mengakses internet secara aktif, memiliki peluang untuk bisa memperoleh informasi lebih cepat dan akurat mengenai berbagai isyu di bidang apapun termasuk dalam bidang kesehatan. Tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan tenaga kesehatan, netizen bisa memperoleh informasi dari portal kesehatan yang terpercaya untuk dapat membedakan mitos dan fakta di bidang kesehatan.
Maka dari itu peran netizen tentu sangat diharapkan sebagai Duta TB yang menjadi perantara pemerintah dan tenaga kesehatan dengan masyarakat yang awam internet, agar mereka pun bisa mendapatkan informasi yang memadai tentang kesehatan khususnya TB. Netizen yang aktif berkampanye tentang isyu kesehatan--khususnya TB ini sangat mungkin menjadi kunci untuk menemukan 1/3 kasus TB yang 'hilang' dan tidak terlaporkan di negara kita.
Demikianlah idealnya seorang netizen berperan secara aktif dalam membantu pemerintah mencerdaskan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan khususnya pencegahan penyakit menular seperti TB.Sementara dari pihak pemerintah, di era digital seperti ini penting untuk merangkul lebih banyak netizen dan memberi reward bagi mereka yang aktif berkampanye di topik penting seperti ini.
Program Lomba Blog #SembuhkanTB hasil kolaborasi antara TB Indonesia dengan Depkes ini saya rasa merupakan wujud konkrit yang sangat baik dari pemerintah untuk mensosialisasikan TB sekaligus mengapresiasi netizen khususnya blogger.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog TB yang diselenggarakan oleh TB Indonesia dan Depkes RI sesi ke-7 mengenai 'Peran Masyarakat Dalam Pengendalian TB'.
Referensi:
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.aditset.blogdetik.com (gambar faktor resiko tb)
Netizen Sebagai Duta TB Di Masyarakat
Netizen--dengan kesempatan yang dimilikinya mengakses internet secara aktif, memiliki peluang untuk bisa memperoleh informasi lebih cepat dan akurat mengenai berbagai isyu di bidang apapun termasuk dalam bidang kesehatan. Tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan tenaga kesehatan, netizen bisa memperoleh informasi dari portal kesehatan yang terpercaya untuk dapat membedakan mitos dan fakta di bidang kesehatan.
Maka dari itu peran netizen tentu sangat diharapkan sebagai Duta TB yang menjadi perantara pemerintah dan tenaga kesehatan dengan masyarakat yang awam internet, agar mereka pun bisa mendapatkan informasi yang memadai tentang kesehatan khususnya TB. Netizen yang aktif berkampanye tentang isyu kesehatan--khususnya TB ini sangat mungkin menjadi kunci untuk menemukan 1/3 kasus TB yang 'hilang' dan tidak terlaporkan di negara kita.
Membaca-mengkonfirmasi-menuliskan kembali (melalui blog atau socmed)-menyebarkan ke masyarakat awam
Demikianlah idealnya seorang netizen berperan secara aktif dalam membantu pemerintah mencerdaskan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan khususnya pencegahan penyakit menular seperti TB.Sementara dari pihak pemerintah, di era digital seperti ini penting untuk merangkul lebih banyak netizen dan memberi reward bagi mereka yang aktif berkampanye di topik penting seperti ini.
Program Lomba Blog #SembuhkanTB hasil kolaborasi antara TB Indonesia dengan Depkes ini saya rasa merupakan wujud konkrit yang sangat baik dari pemerintah untuk mensosialisasikan TB sekaligus mengapresiasi netizen khususnya blogger.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog TB yang diselenggarakan oleh TB Indonesia dan Depkes RI sesi ke-7 mengenai 'Peran Masyarakat Dalam Pengendalian TB'.
Referensi:
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.aditset.blogdetik.com (gambar faktor resiko tb)
No comments:
Post a Comment