Wednesday, December 10, 2014

Belajar Melalui Permainan Di Sekolah Al Amien Bojonggede


Sabtu 29 November 2014 lalu di sekolah Gaza (Sekolah Al Amien Bojonggede – SAB) diadakan Market Day. Dengan mengangkat tema ‘Kuliner Jawa’, acara yang digelar sejak pukul 9 pagi ini dipadati oleh pengunjung—termasuk saya dan suami.


Market Day di Sekolah Al Amien Bojonggede
Pernahkah Anda mengunjungi food court? Itu lho, kumpulan tenant kuliner di sebuah mal, dimana jika kita memesan suatu makanan, kita tinggal menunjukkan nomor meja dan menunggu makanan diantarkan. Begitulah kurang lebih konsep ‘Market Day’ yang dibuat di sekolah Gaza saat itu. Di bagian depan halaman sekolah ditata sekitar 20 meja di atas tikar. Lalu di pojokan ada meja dan kotak berisi kertas bertuliskan nama tenant yang menjual makanan. Jadi jika ingin membeli menu tertentu, kita diharuskan datang dulu ke meja itu dan catat menu yang diinginkan sambil membayar. Selanjutnya ada siswa yang mengantarkan menu itu ke tenant. Sementara kita duduk manis di tempat yang sudah diberi nomor sesuai dengan kertas pesanan, para siswa lah yang akan mengantarkan pesanan ke meja. Seru, kan?

Market Day di SAB

Sesuai tema yaitu ‘Kuliner Jawa’, maka makanan yang tersedia pun menggambarkan kekayaan kuliner di Pulau Jawa mulai dari Jawa Barat, Banten, DKI, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Ada Tahu Gejrot, Gudeg, Es Doger, Tahu Tek, Sate sampai Pecak Ikan Mas yang sungguh menggoda selera.

Keliru jika Anda berpikir bahwa semua masakan itu diolah oleh guru atau karyawan sekolah saja. Seluruh warga sekolah bekerjasama memasak makanan tersebut, termasuk murid TK. Karena kebagian menu Gudeg, Gaza—putera sulung saya ikut membantu memotong tempe sehari sebelum Market Day digelar. Jangan bayangkan potongannya sesempurna yang bisa dilakukan oleh orang dewasa, tentu jauh berbeda. Tapi guru-guru tidak menegur atau menyalahkan. Semua dikerjakan bersama secara fun. Hasil karya siswa diapresiasi. Hingga semua pihak pun merasa menjadi tuan rumah acara ini.


Program-Program Lain di SAB
Market Day hanyalah salah satu dari sekian banyak kegiatan menyenangkan yang menjadi program rutin di Sekolah Al Amien Bojonggede (SAB). Selain itu ada pula Outbound yang diadakan seminggu sekali. Untuk Preschool (Play Group, TKA dan TKB), outbound diadakan setiap hari Senin. Dengan mengambil lokasi di sekolah dan sekitarnya (lapangan, sungai, kebun), kegiatan ini selalu menyajikan permainan yang berbeda setiap minggunya, mulai dari Landing Net, Halang Rintang, Estafet Air, Flying Fox, Burma Bridge, sampai Aqua Play yang melatih motorik kasar. Selain itu juga untuk menumbuhkan keberanian dan melatih ketangkasan.


Outbound Mingguan
“Seru banget hari ini outbound-nya!” begitu kata Gaza setiap pulang sekolah di hari Senin. Angkat jempol deh buat para guru yang sepertinya tahu betul untuk melatih anak agar tidak mengenal kata ‘I Hate Monday’ sejak dini. Anak saya jadi nggak pernah malas sekolah di hari senin meski sudah melewati weekend yang melelahkan.

Kecintaan anak terhadap alam juga dilatih sejak dini di SAB. Selain mengajarkan para siswa untuk membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya (termasuk memilah berdasarkan jenis sampah), ada juga program Farming (berkebun). Setiap kelas mendapatkan bibit tanaman yang berbeda untuk ditanam dalam polybag yang sudah ditulisi nama masing-masing siswa. Secara rutin, siswa diajarkan untuk merawat tanaman mereka. Nantinya tanaman yang tumbuh dengan baik bisa dijual pada acara Market Day. Melalui kegiatan ini siswa diajarkan untuk kreatif dan produktif untuk menghasilkan uang melalui sebuah proses yang bertahap.


Program Terbaru SAB, Gerakan Pungut Sampah

Program bidang finansial tak hanya melibatkan siswa dan guru seperti dalam Market Day, namun para orangtua pun diajak untuk berpartisipasi dalam program Business Day. Di sini setiap siswa dalam satu kelas mendapat tugas untuk membuat satu jenis makanan yang untuk dijual di sekolah. Tantangannya adalah, makanan yang dibuat harus dibanderol seharga Rp 1000-3000 saja. Waktu itu kami—saya dan Gaza, mendapat tugas membuat donat. Melalui program ini, tak hanya pelajaran berbisnis (financial) yang diajarkan, tapi juga kerjasama antar siswa dan orangtua dalam menyiapkan makanan yang akan dijual.

Sekolah yang memiliki tema global setiap 3-6 bulan sekali ini juga memiliki program ‘Home Visit’. Ini adalah istilah untuk kunjungan ke rumah salah satu siswa secara bergantian setiap bulan. Meski di rumah, tetap ada kegiatan yang dilakukan oleh para siswa, seperti membuat prakarya membuat orang-orangan dari sendok misalnya. Home Visit ini merupakan kegiatan praktek dari salah satu materi yang sudah diajarkan di sekolah, yaitu adab bertamu dan menjadi tuan rumah.

Menghafal Al Qur’an juga dilatih sejak dini di SAB. Ada program rutin tahunan yaitu Yaumul Hifdzil Qur’an, yaitu mengumpulkan seluruh siswa preschool (Playgroup dan TK) serta SD di dalam satu ruangan lalu menampilkan siswa yang sudah hafal juz 30. Ini dimaksudkan untuk menumbuhkan motivasi bagi siswa lainnya agar bersemangat menghafal Qur’an.


Miniatur Madina
Ada konsep pembelajaran yang matang di balik setiap program yang dijalankan di SAB. Semua program yang ada haruslah mengacu pada 7 dimensi yang dicanangkan oleh sekolah yang sejak tahun ajaran 2014-2015 ini mengubah konsep dari Sekolah Alam menjadi Miniatur Madina.

Miniatur Madina adalah Pendidikan yang dimulai dari Mesjid. Seperti dibahas oleh founder SAB yaitu Ustadz Amien Suradilaga, konsep ini terinspirasi dari sejarah Rasulullah yang membentuk peradaban dengan menjadikan mesjid sebagai titik tolak. Dari mesjid yang pertama beliau dirikan, lahirlah sekolah, Lembaga Amil Zakat dan lainnya.

Tak hanya terfokus pada dimensi intelektual—yang menitikberatkan pada prestasi akademik seperti sekolah pada umumnya, Miniatur Madina memiliki prioritas pada 7 dimensi, sebagai berikut: Spiritual, Emosional, Intelektual, Jasmani, Sosial, Estetika dan Finansial.

Ketujuh dimensi itu diyakini mampu membentuk SDM yang unggul. Jadi setelah lulus dari SAB kelak diharapkan para siswa mampu menjadi manusia yang sehat jasmani, memiliki kecerdasan spiritual, emosional , sosial dan financial serta menerapkan nilai-nilai estetika dalam kehidupannya.

Bagaimana penerapan ketujuh dimensi itu dalam pembelajaran sehari-hari? 
Berikut Spider Web bertema ‘Aku Anak Muslim’ untuk tingkat TK-A:

1. Spiritual: Mengenal dan mengetahui arti Asmaul Husna, Hafal kalimat Thoyyibah, dapat melakukan gerakan solat, dll. Khusus untuk Asmaul Husna, siswa dilatih untuk tak hanya menghafal namun juga memahami arti sehingga bisa menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2. Emosional: Memiliki sifat jujur, melatih tanggungjawab,sabar dll.
3. Intelektual: Menggunakan benda untuk berhitung, mengerti dan melaksanakan 3 perintah dll
4. Jasmani: Melipat kertas mengikuti garis, Membuat bentuk orang-orangan dengan play dough, dll.
5. Sosial: Membiasakan memberi senyum, salam, bekerjasama dengan teman, dll.
6. Estetika: mengucap kata-kata santun, meletakkan sandal/sepatu pada tempatnta, mengenal arti pentingnya aurat dll.
7. Finansial: Mengenalkan uang 1000-2000, membiasakan membeli untuk kebutuhan dll.


Sekolah Ramah Anak
Bagi saya—sebagai orangtua, SAB merupakan sekolah yang ramah anak. Dalam artian sistem belajar disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada level usia tertentu. Meski mengacu pada kurikulum nasional, pola belajar di SAB terbilang unik. Sekolah yang berlokasi di Kabupaten Bogor ini menerapkan konsep belajar tematik, tanpa buku paket (untuk Preschool dan SD). Para siswa pun bisa belajar di mana saja, tak melulu di dalam kelas. Adakalanya mereka belajar di saung, di kebun, di halaman sekolah maupun di lapangan. 

Khusus untuk siswa TKA, seperti berikut penerapannya:
Pada semester ganjil 2014-2015, tema global yang diusung adalah ‘Aku Anak Muslim’, maka para siswa akan belajar di antaranya melalui permainan ‘Siapakah Aku?’ yang mengajarkan mereka mengenal gender laki-laki dan perempuan (Intelektual), mengenalkan bagian-bagian tubuh dan menyebutkan jumlahnya (Emosional dan Intelektual), Menggunting lingkaran dan membentuk wajah (Jasmani), menonton film ‘Anak Muslim yang Shaleh’ (Spiritual, Sosial dan Estetika) serta Menyebutkan berbagai rasa serta tekstur dan berjualan jamu-jamuan (financial dan sosial). Tentu itu Cuma sebagian contoh saja. Masih banyak pengajaran lain berupa permainan yang dirancang secara kreatif untuk membantu anak mengenali diri sesuai identitasnya sebagai anak muslim.

Untuk menjabarkan tema ‘Aku Anak Muslim’ agar semakin dipahami dan dihayati oleh siswa, maka SAB juga memiliki program Kunjungan Edukatif. Untuk tahun ajaran ini, program tersebut diisi dengan kunjungan dokter gigi ke sekolah dan study tour ke Kidzania. Berbagai materi terkait tema yang sudah diajarkan di kelas, dipraktekkan dalam program ini.

Tak hanya ramah terhadap anak-anak normal, SAB juga terbuka untuk anak-anak berkebutuhan khusus (disertai guru pendamping yang professional). Ini dimaksudkan agar sejak kecil anak terbiasa untuk menerima perbedaan. Para ABK pun terbiasa berada di lingkungan umum.


Bagaimana dengan Calistung?
Pro-kontra calistung untuk anak usia dini juga menjadi hal yang sangat diperhatikan di SAB. Para siswa preschool di sini tetap diajarkan calistung tapi dengan cara yang sangat menyenangkan. Beberapa contoh sudah saya sebutkan di atas, salah satunya saat siswa menyebutkan jumlah bagian-bagian tubuh, di situ secara tidak langsung mereka sudah belajar berhitung. Sementara pelajaran membaca diberikan salah satunya dalam bentuk permainan mencari suku kata yang sudah dituliskan di karton warna-warni sambil berjalan-jalan berkeliling sekolah.


Jam Belajar Yang Panjang
Berbeda dengan TK pada umumnya yang hanya memiliki jam belajar 2,5-3jam perhari, SAB menetapkan waktu belajar selama hampir 5 jam per hari selama 5 hari perminggu (8.00-12.45, kecuali jumat sampai 10.45). Awalnya saya shock dengan jam belajar selama ini. 

TK udah sebegitu lama? Apa nggak stress tuh anak-anak belajar selama itu? 

Namun guru-guru dan kepala sekolah menjelaskan dengan begitu sabar saat ‘Preview Day’, yang biasanya dibuka pada bulan Maret-April. Bahwa berdasarkan pengalaman mengajar selama bertahun-tahun, para siswa akan menikmati proses belajar yang relative lama itu. Tak ada perasaan bosan, karena metode bermain yang diterapkan betul-betul membuat anak merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.

“Bapak dan Ibu bisa buktikan kelak kalau anaknya bersekolah di sini, tanya lah sang anak sepulang sekolah, belajar apa tadi? Biasanya anak-anak akan menggeleng dan bilang ‘Nggak belajar apa-apa.’ karena mereka memang diajak bermain sepanjang hari.” begitulah kata guru-guru saat Preview Day. Dan itu terbukti pada anak saya, yang tak pernah merasa bahwa sekolah adalah tempat belajar.

Jadi, apa saja yang dilakukan anak selama nyaris 5 jam itu? Berikut akan saya coba paparkan daftar kegiatan mereka di SAB:

1) 7.30 – 7.50 Welcoming alias penyambutan siswa di gerbang oleh para guru. Saat masuk kelas, siswa diperdengarkan Asmaul Husna
2) 7.50 – 8.15 Circle time (bermain untuk membuat anak rileks dan siap belajar)
3) 8.15 – 8.35 Doa pagi, dzikir, berwudhu
4) 8.35 – 8.55 Tahfizhul Qur’an (membaca surat pendek)
5) 8.55 – 9.10 Sholat Dhuha
6) 9.10 – 9.20 Snack Time
7) 9.20 – 9.50 Reading, Tahsin & Tahfizh (sesuai pencapaian terakhir)
8) 9.50 – 10.00 Free Play
9) 10.00 – 10.15 Opening (Persiapan, melatih konsentrasi)
10) 10.15 – 11.00 Main Activity
11) 11.00 – 11.45 Makan siang, Menyikat gigi dan Berwudhu
12) 11.45 – 12.15 Sholat dzuhur, Tahsin & Tahfizh
13) 12.15 – 12.30 Closing (merapikan loker dan kelas serta menceritakan kegiatan hari itu)

Catatan:
- Untuk siswa yang belum menghabiskan makan siangnya, maka setelah closing diharuskan meneruskan makan siang sampai selesai. Maka dari itu porsi catering sekolah pun disesuaikan dengan kebutuhan asupan anak, baik secara kuantitas dan kualitas.

- Makan siang dan snack time merupakan momen dimana siswa mendapatkan ilmu mengenai kandungan gizi setiap makanan dan fungsinya untuk tubuh. Maka dari itu, untuk siswa yang tidak mengikuti catering, diharuskan membawa makanan yang bergizi seimbang plus non MSG.


Evaluasi
Untuk mengevaluasi perkembangan siswa, per 3 bulan ada program Parent Supporting Group Personal. Di sini pihak sekolah, khususnya wali kelas mengundang orangtua/wali siswa untuk berbincang secara personal mengenai perkembangan anak. Pembahasan meliputi perkembangan belajar, emosi dan lainnya. Di sini orangtua dan guru bisa langsung mendiskusikan kekurangan serta kelebihan anak untuk dilakukan perbaikan kedepannya. 


Testimoni Pribadi
Awalnya saya menyekolahkan Gaza di SAB karena ini adalah sekolah yang letaknya paling dekat dengan rumah dibandingkan sekolah lainnya. Konsep sekolah alam yang diusungnya pun saya rasa cocok dengan putera saya yang sangat aktif. Pola belajar yang tak melulu berada di dalam kelas mengerjakan worksheet, saya rasa akan disukai oleh Gaza.

Setelah hampir satu semester berlalu, saya melihat banyak perubahan dalam diri Gaza. Secara umum ia menjadi lebih disiplin, bertanggung jawab dan memiliki lebih banyak hafalan doa sehari-hari. Namun yang paling membuat saya bahagia adalah pola makannya yang mengalami perkembangan pesat. Dari yang tadinya susah/malas makan, dia kini sudah bisa bilang ‘Lapar’ lalu mengambil sendiri makanannya dan tidak disuapi (ya, sesekali sih masih disuapi kalau malasnya kumat). Untuk orangtua lain, mungkin hal ini biasa, tapi untuk saya ini luar biasa menyenangkan. Kepercayaan dirinya pun mengalami perkembangan yang baik. 

Ada satu hal lagi yang membuat saya menyukai sekolah ini. Cara para guru menyelesaikan masalah antar siswanya menurut saya sangat baik. Mereka tegas dalam menegur siswa yang bersalah, namun tidak sampai menimbulkan rasa takut atau trauma pada diri siswa. Jadi, siswa bisa belajar dari kesalahan yang telah dilakukan dengan cara yang menyenangkan.


Well, saya yakin setiap orangtua memiliki prioritas sendiri mengenai apa yang baik dan tak baik untuk anak-anaknya khususnya dalam bidang pendidikan. Jika Anda tinggal di sekitar Bojonggede—Bogor dan tertarik dengan metode pembelajaran yang sudah saya paparkan di sekolah ini, silakan kontak saja:

Sekolah Al Amien Bojonggede
Kompleks Pondok Pesantren Al Amien Bojonggede
Jl. Akses Perum. Villa Asia – Bojonggede – Bogor – 16320
Telp 0858600744 Fax (021) 87985054
email sekolahalambojonggede@yahoo.com
FB Sekolah Al Amien Bojonggede

2 comments:

Leyla Hana said...

Aku tertarik sama sekolah ini, mak, tapi jauh gak ya dari tempatku di citayam :D
makasih infonya, mak. Pengen tau biaya2nya berapa aja yah buat persiapan.

Unknown said...

sedikit koreksi bunda, Bapak ust.Amien Suradilaga.